PanenTalks, Balikpapan — Kementerian Perindustrian (Kemenperin) bersama Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) terus memperkuat sinergi dalam melestarikan sekaligus mengembangkan warisan budaya bangsa melalui sektor kriya dan wastra. Dua sektor ini dinilai menyimpan potensi ekonomi yang besar untuk mendorong kesejahteraan masyarakat dan menggerakkan perekonomian daerah secara inklusif.
Sebagai bagian dari upaya tersebut, Kemenperin dan Dekranas menggelar Bimbingan Teknis (Bimtek) Peningkatan Kapasitas Industri Kecil dan Menengah (IKM) melalui Diversifikasi Produk Kerajinan Manik-Manik di Kota Balikpapan, yang resmi dibuka pada 22 April 2024.
“Dekranas sejak awal berdiri memiliki komitmen kuat untuk menjaga, melestarikan, dan mengembangkan produk kriya dan wastra. Selain sebagai warisan budaya, ini juga merupakan potensi ekonomi kreatif yang menjanjikan untuk kesejahteraan masyarakat,” ujar Ketua Harian Dekranas, Tri Tito Karnavian dalam sambutannya.
Ketua Bidang Daya Saing Dekranas, Danti Budi Santoso, menyatakan bahwa Bimtek ini diharapkan menjadi wadah efektif bagi para perajin untuk meningkatkan keterampilan dan kreativitas, sehingga mampu menghasilkan produk manik-manik yang lebih inovatif dan memiliki daya tarik pasar lebih luas.
Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin sekaligus Sekretaris Jenderal Dekranas, Reni Yanita, menambahkan bahwa sektor kriya saat ini merupakan salah satu dari tiga subsektor utama yang mendorong pertumbuhan industri kreatif Indonesia.
Data dari Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Baparekraf) menunjukkan, industri kriya menyumbangkan nilai tambah sebesar Rp102,44 triliun pada semester pertama 2024, atau sekitar 13,6 persen dari total nilai industri kreatif nasional.
Lebih lanjut, riset dari 6Wresearch memproyeksikan industri kerajinan dapat tumbuh dengan tingkat pertumbuhan tahunan (CAGR) sebesar 7,2 persen hingga 2026.
Bimtek yang berlangsung hingga 25 April 2025 ini diikuti oleh 25 peserta. Mereka tidak hanya mendapatkan pelatihan teknis kreasi produk manik-manik, tetapi juga pembekalan materi tentang Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan legalitas usaha. Produk hasil pelatihan ini rencananya akan dipamerkan pada puncak perayaan Hari Ulang Tahun ke-45 Dekranas.
Reni Yanita menekankan pentingnya diversifikasi produk di tengah perubahan selera pasar global. “Produk kerajinan manik-manik harus bertransformasi menjadi lebih beragam, memiliki nilai tambah, dan relevan dengan kebutuhan pasar yang semakin dinamis,” tuturnya.
Direktur Industri Kecil dan Menengah Kimia, Sandang, dan Kerajinan, Budi Setiawan, menambahkan bahwa manik-manik bukan hanya sekadar aksesoris, melainkan dapat dikembangkan menjadi bagian dari fesyen, dekorasi, hingga cendera mata khas daerah.
“Dengan ragam produk yang lebih variatif, konsumen akan memiliki lebih banyak pilihan. Ini membuka pasar yang lebih luas, termasuk peluang ekspor,” jelas Budi.
Ia juga menekankan pentingnya teknik branding dan storytelling untuk memperkuat daya tarik produk di mata konsumen, baik domestik maupun internasional.
“Saat ini konsumen cenderung lebih menghargai produk yang tidak hanya indah secara visual, tetapi juga kaya akan cerita dan budaya. Ini menjadi kekuatan tersendiri bagi kerajinan tradisional Indonesia untuk menembus pasar global,” pungkasnya.