PanenTalks, Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus berupaya memperkuat industri kecil dan menengah (IKM) di seluruh Indonesia melalui pengembangan sentra-sentra IKM.
Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan daya saing IKM, menciptakan efek berlipat bagi perekonomian, dan memperkuat ekosistem industri secara keseluruhan.
Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita, menyatakan Kemenperin bersama pemerintah daerah terus bersinergi untuk menjaga keberlanjutan produksi di sentra-sentra IKM.
“Kami memberikan berbagai dukungan dan fasilitasi yang dapat dimanfaatkan oleh para pelaku IKM,” ujarnya dalam keterangan resmi di Jakarta, Sabtu (5/4).
Salah satu upaya Kemenperin adalah melalui pemanfaatan skema pembiayaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik Bidang IKM.
Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Reni Yanita, menjelaskan bahwa pembiayaan ini memungkinkan pelaku IKM untuk mengakses berbagai layanan di sentra, seperti penyediaan bahan baku, rumah produksi, mesin dan peralatan, serta bantuan promosi dan pemasaran.
“Selain itu, ke depannya IKM dapat menjadi bagian dari rantai pasok industri yang lebih besar,” ungkap Reni.
Salah satu contoh keberhasilan pemanfaatan DAK Fisik Bidang IKM adalah Sentra IKM Olahan Pangan di Dusun Pancor Dao, Desa Aik Darek, Kecamatan Batukliang, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat.
Sentra ini dikelola oleh Koperasi Produsen Syariah Sentra Olahan Pangan, dengan aset dikelola oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lombok Tengah.
Reni Yanita mengungkapkan bahwa Provinsi NTB telah memiliki 20 sentra IKM yang menerima dana DAK, dengan berbagai komoditas seperti tekstil, kerajinan, logam, pangan, perhiasan, garam beryodium, dan layanan rumah kemasan.
Sentra IKM Olahan Pangan di Lombok Tengah memanfaatkan dana DAK untuk meningkatkan produksi produk olahan pangan intermediate. Pengembangan sentra ini juga bertujuan untuk membentuk sistem rantai pasok yang berkelanjutan.
Awalnya, sentra ini berbasis komoditas umbi-umbian, terutama singkong. Namun, kini menjadi pusat layanan produksi bersama untuk berbagai produk olahan pangan, dilengkapi dengan mesin dan peralatan modern.
“Produksi sentra ini meningkat signifikan, mencapai lebih dari 18 ton per tahun, dengan cakupan pemasaran yang lebih luas, peningkatan omzet, dan penambahan tenaga kerja hingga 30 orang,” jelas Reni.
Sentra ini juga menyediakan layanan pemasaran, ruang galeri produk, dan pendampingan sertifikasi. Pada awal 2025, IKM pengupasan kemiri di sentra ini berhasil mengekspor 10 ton kemiri ke Jeddah, Arab Saudi.
Kemenperin mengapresiasi pemerintah daerah yang aktif dalam mengusulkan dan mengawal penggunaan DAK. Sekretaris Direktorat Jenderal IKMA, Yedi Sabaryadi, menjelaskan proses pengusulan DAK melalui aplikasi Krisna, dengan koordinasi bersama Bappeda setempat.
Sentra IKM Olahan Pangan Lombok Tengah juga mendapatkan tambahan sarana seperti tempat penjemuran pati singkong, paving block, perlengkapan produksi, alat pengukur suhu, loyang jemur, alat jahit karung, dan bantuan kemasan. Selain itu, ada bantuan bahan baku singkong, bibit ubi kayu, dan fasilitasi pameran.
“Kami berharap capaian sentra ini dapat menjadi contoh bagi sentra-sentra lain di Indonesia,” ujar Yedi. (*)