PanenTalks, Jakarta-Aroma hangat dan mewah dari parfum-parfum ternama dunia ternyata tidak lepas dari kontribusi alam Indonesia.
Di dalam negeri, kemenyan masih sering diasosiasikan dengan praktik mistis dan klenik. Namun di luar negeri, resin dari pohon Styrax ini justru menjadi bahan utama parfum high-end dunia.
Tumbuhan ini menghasilkan kristal aromatik yang saat dibakar menghasilkan aroma harum manis dan hangat, sangat dihargai oleh industri parfum, aromaterapi, bahkan farmasi.
Tak hanya sebagai bahan parfum, kemenyan Indonesia telah lama dikenal dalam perdagangan global. “Sejak abad ke-7 Masehi, kemenyan dari Barus, Sumatera Utara, sudah diekspor ke Timur Tengah oleh para pedagang Arab,” kata Andria Agusta, peneliti botani dari BRIN.
Andria menjelaskan, resin kemenyan diambil dengan menyadap batang pohon. Setelah dikeringkan, getah ini mengeras menjadi kristal berwarna cokelat kekuningan dan mengeluarkan aroma manis dan woody ketika dibakar. Senyawa aromatik dari getah tersebut kemudian diekstraksi untuk menghasilkan minyak benzoin murni.
Beberapa parfum terkenal yang mengandung benzoin Indonesia antara lain Shalimar dari Guerlain (1925), Tobacco Vanille dari Tom Ford (2007), dan Dior Addict (2002). Keberadaan benzoin menjadi elemen penting dalam membentuk keharuman khas yang elegan dan tahan lama.
Harga minyak benzoin pun cukup tinggi. Satu liter dapat mencapai Rp5 juta, menjadikannya salah satu komoditas unggulan dengan nilai ekonomi tinggi di pasar bahan baku parfum.
Dengan potensi besar dan warisan botani yang khas, kemenyan Indonesia terbukti tidak hanya mengharumkan nusantara, tetapi juga dunia.