Minggu, Juli 27, 2025

Kendalikan Inflasi, Warung Mrantasi Jadi Solusi

Share

PanenTalks, Yogyakarta – Dinas Perdagangan Kota Yogyakarta melibatkan para pedagang komoditas bahan pokok di pasar untuk kendalikan inflasi. Warung Mrantasi atau Masyarakat Lan Pedagang Tanggap Inflasi jadi salah satu solusi dari Dinas Perdagangan.

Melalui Gerakan Mrantasi, Dinas Perdagangan resmi meluncurkan program ini pada bulan Juli tahun 2024 lalu.

Gerakan ini berhasil menggandeng 25 pedagang di Pasar Beringharjo sebagai percontohan Warung Mrantasi. Sebelumnya, Dinas Perdagangan telah melakukan edukasi dan sosialisasi terkait Warung Mrantasi sejak Mei 2024.

Kepala Dinas Perdagangan Kota Yogyakarta, Veronica Ambar Ismuwardani mengatakan akan memperluas program Warung Mrantasi di Pasar Prawirotaman dan Sentul.

“Ini (Warung Mrantasi) akan kita kembangkan di Pasar Prawirotaman dan Pasar Sentul, dengan melibatkan 40 pedagang,” kata Vero saat High Level Meeting Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kota Yogyakarta, Selasa (22/7).

Warung Mrantasi mengajak pedagang untuk sadar, patuh dan tanggap dengan tidak menjual komoditas barang kebutuhan pokok di atas harga eceran tertinggi (HET).

Selain itu, ada edukasi terkait pengertian inflasi hingga pengaruh inflasi terhadap ekonomi suatu daerah. Vero menyatakan Dinas Perdagangan Kota Yogyakarta telah berkoordinasi dengan Bank Indonesia terkait rencana mengadakan Sekolah Mrantasi.

Kegiatan menargetkan 160 orang peserta dan pelaksanaannya akan terbagi dalam 8 kelompok pada Juli-November 2025. Pengelompokan sesuai zonasi komoditas masing-masing.

“Karena kami ingin tahu produknya dari mana dan seperti apa. Mungkin tidak serta merta mengurangi atau menurunkan inflasi daerah. Tetapi paling tidak bisa mengedukasi supaya pedagang juga tidak selalu mencari keuntungan yang terlalu tinggi. Hingga bisa kendalikan inflasi,” terangnya.

Menurutnya, jika pedagang terutama di pasar-pasar yang menjadi tempat masyarakat kulakan mengambil keuntungan terlalu besar akan meningkatkan inflasi.

“Contohnya kalau di Pasar Beringharjo harga jual sudah tinggi, di pedagang ecer atau warung harganya akan tinggi sehingga bisa meningkatkan inflasi di Kota Yogyakarta,” tutur Vero.

Salah satu Warung Mrantasi di Pasar Beringharjo.
Mendapat pasokan dari Bulog

Sementara itu, Kepala Bidang Ketersediaan Pengawasan dan Pengendalian Perdagangan Dinas Perdagangan Kota Yogyakarta, Sri Riswanti menyebut rencana Warung Mrantasi di Pasar Prawirotaman melibatkan 23 pedagang dan di Pasar Sentul 17 pedagang.

Pasar Prawirotaman dipilih untuk pengembangan Warung Mrantasi karena merupakan pasar pantauan harga. Rencana pengembangan Warung Mrantasi pada bulan September 2025.

“Pasar Sentul bukan pasar pantauan harga. Tapi dari sisi kesiapan pedagang sudah mencukupi sehingga akan menjadi tempat pengembangan Warung Mrantasi,” papar Riswanti, Kamis (24/7).

Dia menjelaskan syarat-syarat Warung Mrantasi yaitu pedagang pasar yang menjual produk sembako, tidak ada tunggakan retribusi, bersedia mengikuti ketentuan menjadi pedagang Warung Mrantasi.

Di samping itu menjual produk sesuai HET, tidak menimbun, tidak mencurah, tidak mengoplos dan tidak menjual kepada tengkulak atau untuk dijual kembali.

“Juga bersedia melakukan perikatan kerja sama dengan Bulog dan mendukung transaksi cashless (nontunai),” ujarnya.

Riswanti menambahkan, pedagang yang ikut program Warung Mrantasi juga mendapatkan manfaat yakni mendapat prioritas alokasi pasokan barang kebutuhan pokok dari Bulog, ikut program stabilisasi harga seperti operasi pasar dengan atau tanpa subsidi. Pedagang juga akan mendapatkan kemudahan dalam pengajuan akses permodalan melalui Bank BPD DIY. (*)

Table of contents [hide]

Read more

Local News