PanenTalks, Sleman – Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Gadjah Mada mengagas penanaman padi varietas unggul Gamagora di Pulau Enggano, Provinsi Bengkulu.
Tim KKN-PPM UGM membawa tema “Pengembangan Produk Pasca Panen, Seni dan Budaya Lokal, Potensi Wisata Alam dan Pelestarian Keanekaragaman Hayati untuk mendukung Kemandirian Masyarakat Pulau Enggano”.
Tim KKN UGM melihat potensi pertanian di pulau tersebut. Hasil riset UGM padi ini mampu tumbuh baik pada lahan sawah irigasi. Selain itu, padi juga bisa tahan lahan sawah tadah hujan dengan air terbatas. Kini, padi Gamagora tumbuh subur dan siap untuk panen pada pertengahan Juni.
“Kami ingin kehadiran mahasiswa UGM memberi manfaat langsung bagi masyarakat, terutama dalam memperkuat kedaulatan pangan lokal,” ungkap Dosen Pembing Lapangan.
Mayong, sapaan akrabnya, menjelaskan pemilihan Gamagora terbukti tahan terhadap cekaman lingkungan, perubahan iklim dan memiliki potensi hasil tinggi. Hal penting bagi wilayah pulau-pulau kecil dan terluar seperti Enggano.
Selain adaptif terhadap kondisi tanah dan cuaca setempat, umur panen relatif singkat. Alhasil, cocok untuk siklus tanam masyarakat. Inovasi ini adalah buah dari kerja panjang UGM dalam penelitian pertanian.
“Inilah bentuk kemandirian inovasi kampus langsung diterapkan untuk mendukung ketahanan pangan masyarakat di wilayah terpencil,” jelas Mayong.
KKN UGM, kata dia, menjadi ruang temu antara ilmu dari kampus dengan pengetahuan lokal. Mahasiswa tidak hanya berbagi pengetahuan tentang pertanian, tetapi juga belajar dari kearifan lokal dan kebiasaan masyarakat setempat.
Mahasiswa mengadakan pelatihan, berdiskusi tentang pengelolaan hasil, penerapan teknologi tepat guna. Selain itu, membangun rasa percaya dan gotong royong bersama petani lokal.
“Kerakyatan bukan sekadar slogan, tapi terwujud lewat kolaborasi sejajar antara mahasiswa dan warga,” ujarnya.
Mayong menilai, pembangunan infrastruktur di Pulau Enggano telah menjadi modal penting dalam upaya menuju kemandirian pangan. Akses jalan lebih baik, pelabuhan aktif, hingga jaringan komunikasi stabil. Fondasi peningkatan produktivitas pertanian dan kelancaran distribusi hasil panen.
Meski begitu, masih ada tantangan seperti kebutuhan sarana transportasi antar wilayah lebih memadai untuk memperkuat konektivitas pulau dengan daerah lainnya.
“Secara umum saya melihat komitmen pemerintah daerah telah ditunjukkan nyata melalui pembangunan jalan, pelabuhan, bandara hingga jaringan komunikasi,” ucapnya.
Kepala Desa Banjarsari, Winarto Rudi Setiawan mengawal dengan baik penanaman ini dan mendapatkan dukungan penuh dari semua petani.
Mahasiswa mengembangkan proses pasca panen, penguatan organisasi kelompok tani, hingga mempertemukan warga dengan pihak bisa membuka akses pasar.
Di samping itu, hasil panen tidak menjadi patokan berkelanjutan melainkan pengetahuan, semangat dan jejaring terbentuk. (*)
Editor : Hendrati Hapsari