PanenTalks, Jakarta – Pemerintah Provinsi DIY kembali mengukuhkan komitmennya dalam melestarikan dan mempromosikan seni budaya adiluhung melalui gelaran akbar Gelar Seni Budaya Yogyakarta 2025.
Bertempat di Anjungan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), acara ini menjadi panggung bagi kekayaan budaya DIY yang tak lekang oleh waktu, sekaligus merayakan Hadeging Nagari Yogyakarta ke-278.
Perhelatan ini tak hanya menjadi ajang silaturahmi, namun juga sarana efektif untuk memperkenalkan warisan budaya DIY ke kancah nasional dan internasional. Wakil Gubernur DIY, KGPAA Paku Alam X, dalam sambutannya menegaskan pentingnya semangat nguri-uri kabudayan. “Semangat ini, dalam khazanah Jawa, memiliki makna untuk menjaga ‘nyawa’ kebudayaan agar tetap relevan, hidup, dan menyatu dalam kehidupan sehari-hari,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa keistimewaan Yogyakarta bukan terletak pada kemegahan masa lalu, melainkan pada kemauan untuk merawat tradisi dan memaknainya secara baru dalam konteks kekinian.
Warisan Budaya Takbenda dan Perpaduan Modernitas
Berbagai warisan budaya tak benda seperti Wayang, Gamelan, dan Sumbu Filosofis Yogyakarta, yang telah diakui oleh UNESCO, menjadi bukti nyata keunggulan budaya yang terus dijaga turun-temurun. Hal ini tercermin jelas dalam setiap penampilan yang berhasil mengombinasikan nuansa tradisional dengan sentuhan modernitas, menciptakan sebuah sajian yang memukau.
Panggung Gelar Seni Budaya Yogyakarta 2025 dimeriahkan oleh beragam pertunjukan khas dari lima kabupaten/kota di DIY:
Kota Yogyakarta memukau dengan pentas musik Java yang sarat makna.
Sleman menghadirkan keindahan Sinjang Mataram.
Gunung Kidul menyuguhkan tawa renyah melalui Dagelan Mataram.
Bantul membawa kehangatan dengan Tari Kerakyatan Montro.
Kulon Progo menutup rangkaian acara dengan kemeriahan Upacara Adat Joyokusumo.
Gelaran ini menegaskan kembali posisi DIY sebagai pusat kebudayaan yang dinamis, mampu merangkul tradisi sembari terus berinovasi untuk masa depan.
Dinas Kebudayaan Provinsi DIY juga mempersembahkan tari Mangastuti Pujo dan Sendratari Reh untuk menambah khazanah kesenian tradisional yang dipentaskan.
Selain menjadi ruang ekspresi budaya, acara ini juga menjadi panggung diplomasi budaya. Sejumlah tamu penting dari kementerian/lembaga dan perwakilan negara sahabat turut hadir.
Salah satunya, Andre Notohamijoyo, Asisten Deputi Pengurangan Risiko Bencana Kemenko PMK, yang mengapresiasi gelaran tersebut.
“Acara gelar seni budaya ini merupakan salah satu bentuk pelestarian dan diplomasi budaya yang sangat bagus dan harus terus dipertahankan,” tuturnya.
Ia menegaskan pentingnya menerapkan prinsip Pelindungan, Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan sebagaimana diatur dalam UU No. 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. (*)
Editor: Rahmat