Kamis, Juni 19, 2025

Lestarikan Jemparingan Mataraman! Padukan Tradisi-Olahraga

Share

PanenTalks, Yogyakarta – Suasana Minggu pagi di Lapangan Kopertis, Yogyakarta, riuh rendah dengan semangat kompetisi dan kentalnya nuansa tradisi. Ratusan pelajar dari berbagai penjuru Pulau Jawa berkumpul, bukan untuk bertanding sepak bola atau basket, melainkan untuk melestarikan warisan adiluhung: Sayembara Jemparingan Mataraman Pelajar Tingkat Nasional.

Jemparingan, seni panahan tradisional yang lahir dari rahim Kerajaan Mataram, khususnya Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, bukan sekadar bidikan panah ke sasaran. Lebih dari itu, jemparingan adalah perwujudan filosofi hidup, yang kini dihidupkan kembali oleh generasi muda. Acara bergengsi ini digelar dalam rangka memperingati Hadeging Kadipaten Pakualaman ke-219 Jawa / 213 Masehi, sebuah penanda sejarah yang dirayakan dengan cara yang unik dan penuh makna.

Sebanyak 260 pelajar dari jenjang SD, SMP, hingga SMA, datang dari Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, bahkan Jawa Barat, turut memeriahkan sayembara ini. Dengan mengenakan busana tradisional Jawa, mereka duduk bersila, memegang busur, dan membidik sasaran dengan gaya khas panahan Mataram yang penuh kharisma. Pemandangan ini tak hanya memukau, tetapi juga membuktikan bahwa tradisi dapat berpadu harmonis dengan semangat olahraga.

Gusti Kanjeng Bendara Raden Ayu (GKBRAy) Adipati Paku Alam X, dalam kesempatan ini, menegaskan bahwa jemparingan jauh melampaui sekadar aktivitas fisik. “Jemparingan bukan semata olahraga, melainkan ekspresi budaya yang kaya akan nilai-nilai kehidupan,” ujar beliau. Pernyataan ini menjadi pengingat bahwa di balik setiap bidikan, terdapat warisan leluhur yang harus terus dijaga dan dilestarikan oleh generasi penerus.

“Jemparingan adalah warisan budaya adiluhung yang mengajarkan konsentrasi, ketekunan, kesabaran, dan sikap kesatria. Tradisi ini adalah bagian dari identitas Pakualaman, dan kami berkomitmen untuk terus mewariskannya ke generasi muda,” ujarnya.

Beliau juga menyambut baik semangat para peserta yang datang dari berbagai daerah, menyebut ajang ini sebagai momen memperkuat silaturahmi, menumbuhkan cinta budaya, serta membangun karakter pelajar Indonesia.

“Tradisi ini kami jaga dan wariskan lintas generasi. Kami merasa bangga dan bahagia, karena ajang ini mempertemukan para pemanah tradisional dari berbagai penjuru dalam semangat kebersamaan dan berkarya budaya,” ungkapnya.

Senada dengan hal itu, Wakil Wali Kota Yogyakarta, Wawan Harmawan, mengapresiasi antusiasme para peserta yang datang dari luar daerah dan berharap ajang seperti ini dapat terus berlanjut.

“Kami mengapresiasi semangat para peserta. Harapannya, kegiatan seperti ini dapat dilaksanakan secara rutin sebagai upaya mencetak prestasi anak-anak sekaligus membentuk generasi yang berbudaya,” kata Wawan.

Pemerintah Kota Yogyakarta mendukung penuh upaya pelestarian budaya seperti jemparingan sebagai bagian dari pembangunan karakter, pendidikan kebudayaan, dan penguatan identitas lokal. Melalui kegiatan ini, diharapkan pelajar tidak hanya terampil dalam berkompetisi, tetapi juga tumbuh sebagai generasi yang cinta dan bangga terhadap warisan budaya bangsa.

Salah satu peserta, Keisya Armelya Nafasha (16), pelajar asal Tangerang, mengungkapkan kegembiraannya dapat mengikuti sayembara di Yogyakarta. Keisya mulai menekuni jemparingan sejak duduk di bangku kelas 8 SMP, dan menjadikan olahraga tradisional ini sebagai bagian dari kesehariannya.

“Latihan seperti biasa saja, yang penting konsisten dan fokus. Harapannya bisa menang, karena ini juga bisa jadi tambahan prestasi,” ujar Keisya. (*)

Editor: Rahmat

Read more

Local News