Kamis, Juni 19, 2025

Lima Negara Rawan Pangan Jadi Perhatian

Share

PanenTalks, Jakarta-Dunia menghadapi darurat kelaparan yang semakin parah. Laporan Global tentang Krisis Pangan 2024 mencatat bahwa hampir 282 juta orang di 59 negara dan wilayah mengalami kelaparan akut tingkat tinggi sepanjang tahun 2023. Angka ini meningkat 24 juta dari tahun sebelumnya, mencerminkan kemerosotan tajam dalam ketahanan pangan global.

PBB bahkan telah menetapkan 16 wilayah rawan kelaparan yang diawasi ketat hingga Maret 2025. Lima negara berikut masuk dalam kategori paling genting berdasarkan berbagai laporan dan pemantauan organisasi kemanusiaan internasional:

1. Somalia

Lebih dari 4 juta orang di Somalia menghadapi kelaparan akut tingkat tinggi pada tahun 2024. Kekeringan berkepanjangan, konflik bersenjata, dan lonjakan harga pangan memicu malnutrisi, terutama pada anak-anak. Ketahanan pangan di negara ini terus melemah akibat minimnya infrastruktur dan bantuan yang terbatas.

2. Sudan

Kondisi di Sudan bahkan lebih mengkhawatirkan, dengan 24,6 juta orang mengalami krisis pangan parah. Sebanyak 638.000 orang kini berada dalam kondisi kelaparan ekstrem. Konflik internal yang memburuk telah melumpuhkan sistem distribusi pangan dan menyebabkan kelaparan massal di sejumlah wilayah.

3. Palestina (Jalur Gaza)

Situasi di Jalur Gaza tergolong bencana. Antara Maret hingga Juli 2024, sekitar 1,1 juta orang diproyeksikan berada di Fase 5 (Bencana) dalam sistem klasifikasi kerawanan pangan. 96 persen penduduk Gaza menghadapi kelaparan akut, dengan wilayah utara mencatat dampak terparah akibat blokade dan kerusakan infrastruktur sipil.

4. Haiti

Di Haiti, kekacauan akibat kekerasan geng menyebabkan terganggunya rantai pasokan pangan. Sekitar setengah populasi negara ini menghadapi kondisi krisis pangan atau lebih buruk. Penduduk di banyak wilayah tidak dapat mengakses makanan karena konflik bersenjata di jalan-jalan dan gangguan distribusi logistik.

5. Myanmar

Krisis pangan di Myanmar semakin memburuk dengan 15,2 juta orang diperkirakan menghadapi kelaparan sepanjang 2024. Konflik bersenjata, pengungsian besar-besaran, serta bencana alam seperti topan dan banjir memperparah kondisi. Akses ke bantuan kemanusiaan semakin sulit akibat ketegangan politik dan keamanan.

Tiga penyebab utama krisis ini adalah konflik bersenjata, perubahan iklim ekstrem, dan ketimpangan ekonomi. Dalam banyak kasus, ketiganya saling berkelindan. Hasilnya, jutaan orang terjebak dalam kemiskinan ekstrem tanpa akses terhadap makanan bergizi dan stabil.

Laporan ini menjadi pengingat bahwa krisis pangan bukan hanya soal kekurangan pasokan, tetapi juga kegagalan sistem global dalam mengatasi akar persoalan. Dibutuhkan kolaborasi internasional, distribusi bantuan kemanusiaan yang adil, dan solusi jangka panjang berbasis keadilan pangan.

Read more

Local News