PanenTalks, Yogyakarta – Yogyakarta menjadi magnet bagi wisatawan untuk berkunjung kembali. Wisatawan tak lengkap membawa kenangan dalam bentuk rasa.
Berikut referensi toko oleh-oleh bisa kunjungi saat Anda menjelajahi Jogja.
- Bakpia Pathok 25 – Legenda di Setiap Gigit
Bakpia dan Yogyakarta adalah dua hal beririsan. Di antara berbagai merek, Bakpia Pathok 25 tetap menjadi favorit banyak wisatawan. Berdiri sejak 1948, toko ini menjual bakpia dengan isian klasik seperti kacang hijau hingga varian kekinian seperti cokelat dan keju.
Wisatawan bisa langsung menyaksikan proses pembuatannya di dapur belakang toko.
“Setiap ke Jogja, saya selalu ke sini. Rasanya autentik, dan cocok buat oleh-oleh keluarga di rumah,” ujar Rahmat, wisatawan asal Bandung.
- Pasar Beringharjo – Surga Oleh-Oleh Tradisional
Berlokasi di ujung selatan Jalan Malioboro, Pasar Beringharjo menjadi tempat terbaik berburu oleh-oleh tradisional. Mulai dari kain batik, kerajinan rotan, hingga camilan khas seperti geplak, yangko dan rempah-rempah. Suasana pasar klasik memberi sensasi belanja otentik dan penuh nuansa lokal.
- Dagadu Djokdja – Oleh-Oleh Penuh Kreativitas
Bagi yang mencari oleh-oleh unik dan kekinian, Dagadu Djokdja adalah pilihan tepat. Toko ini terkenal dengan desain kaus cerdas dan jenaka, berpadu semangat lokal Yogyakarta.
Produk lain seperti tote bag, gantungan kunci dan aksesoris lain tersedia. Cocok bagi wisatawan ingin membawa pulang “rasa” Jogja beda dengan lainnya.
- Olah Oleh Raminten – Buka 24 Jam, Penuh Pilihan
Olah Oleh Raminten buka 24 jam menyediakan aneka camilan dan produk khas Jogja kemasan modern.
Mulai dari abon, keripik, teh Jawa, hingga sambal khas Jogja tersedia di rak-rak penuh warna. Toko ini juga mengusung nuansa Jawa kental, menghadirkan pengalaman belanja.
- Sentra Perak Kotagede – Oleh-Oleh Bernilai Seni
Untuk oleh-oleh bernilai tinggi dan sarat budaya, kunjungi sentra perak Kotagede. Mulai cincin, bros, miniatur bangunan hinggaperalatan makan perak. Produk kerajinan buatan tangan pengrajin lokal mewarisi keahlian turun-temurun sejak era Mataram Islam. (*)
Editor : Hendrati Hapsari