PanenTalks, Magelang – Limbah tahu yang selama ini menjadi persoalan lingkungan tenyata mampu memberi manfaat bagi masyarakat Desa Sambak di Magelang.
Sambak merupakan sentra produksi tahu. Hanya, desa itu menghadapi persoalan lingkungan akibat limbah tahu.
Problem itu menjadi perhatian Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Universitas Gadjah Mada (UGM). Berkolaborasi dengan Yanmar Environmental Sustainability Support Association (YESSA) dari Jepang, FTP berhasil mengolah limbah menjadi biogas yang bermanfaat bagi masyarakat.
Tak hanya itu, kolaborasi itu berupaya memberdayakan masyarakat Desa Sambak dengan mengembangkan kebun buah. Bahkan ada rencana menjadikan desa ini sebagai agrowisata berbasis pendidikan dan ramah iklim.
Kolaborsi Lintas Bidang
Dekan FTP UGM, Prof. Eni Harmayani, menekankan pentingnya kolaborasi lintas bidang dalam membangun desa.
“Ini bukti bahwa ilmu harus terhilirkan ke masyarakat untuk menjawab tantangan yang ada. Pada akhirnya ini bisa menjadi pembelajaran bagi pembangunan desa lainnya,” kata Eni di Yogyakarta, Senin, 28 Juli 2025.
Lebih lanjut, Eni mengatakan FTP UGM tidak bekerja sendiri. Mereka menggandeng Fakultas Peternakan, Fakultas Teknik, dan Sekolah Vokasi untuk mendukung program ini.
Inisiatif ini dirayakan dalam sebuah seremoni bertajuk “From Zero to Hero: Perjalanan Kolaborasi FTP UGM-YESSA” di Desa Sambak, Minggu lalu. Perwakilan YESSA, Morio Tsukada menyebut selama empat tahun terakhir pihaknya menjalin kerja sama dengan FTP UGM. Kerja sama ini dalam upaya mewujudkan desa yang tangguh iklim.
“Perkembangan Desa Sambak menuju climate smart agrotourism membentuk sebuah desa yang mampu mengembangkan potensi alam. Ini sekaligus peduli terhadap isu perubahan iklim,” ujarnya.
Bupati Magelang, Grengseng Pamuji, turut menyampaikan apresiasi terhadap pendekatan ilmiah dalam pembangunan Desa Sambak.
Ia menilai pengembangan seperti ini masih belum menjadi kesadaran semua pihak, namun dapat menjadi contoh yang inspiratif.
“Desa Sambak menjadi contoh bagi warga Kabupaten Magelang yang dapat berkembang di desa lain,” katanya.
Potensi Desa Jadi Agrowisata
Transformasi Desa Sambak tidak terjadi dalam semalam. Ketua Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem FTP UGM, Lilik Sutiarso, menjelaskan langkah ini berawal saat melihat potensi desa untuk menjadi agrowisata. Agar memiliki daya tarik unik, Sambak diarahkan menjadi desa dengan konsep climate smart agrotourism yang mendapat dukungan teknologi digital.
Salah satu wujud nyatanya adalah penggantian sistem produksi tahu menjadi lebih ramah lingkungan.
“Desa Sambak secara perlahan berbenah dengan penerapan steamboiler bagi produsen tahu. Kini, targetnya adalah Desa Sambak dapat mengejar pasar wisata internasional,” kata Lilik.
Ia juga menambahkan mahasiswa dari universitas di Malaysia dan Belgia telah berkunjung untuk belajar langsung dari alam Desa Sambak.
Rencana besar lainnya adalah menjadikan Sambak sebagai destinasi wisata edukatif yang menyatukan unsur budaya, pendidikan, dan rekreasi.
“Pengunjung yang datang bisa merasakan langsung pengalaman memetik buah dan mengonsumsi di tempat. Kebun buah ini juga turut disertai sistem perairan dan integrasi dengan peternakan,” ujar dia menerangkan.
Dari sisi masyarakat, Kepala Desa Sambak, Dahlan, mengisahkan bagaimana kehadiran UGM dan YESSA membawa dampak besar. Para produsen tahu yang semula menggunakan metode konvensional kini mendapat opsi menggunakan teknologi ramah lingkungan.
“Untuk itu, kami berterima kasih kepada UGM dan YESSA. Kami berharap pendampingan ini dapat terus berlangsung,” kata Dahlan.
Transformasi Desa Sambak menjadi bukti bahwa kolaborasi antara perguruan tinggi dan masyarakat dapat mewujudkan pembangunan desa yang berkelanjutan dan inovatif.
UGM bersama mitra internasional menunjukkan ilmu pengetahuan bisa menyentuh kehidupan riil dan menghadirkan solusi konkret bagi permasalahan desa. (*)