Kamis, Oktober 2, 2025

Lumbung Mataraman, Upaya DIY Dorong Ketahanan Pangan

Share

PanenTalks, Yogyakarta – Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (Pemda DIY) terus menguatkan komitmennya dalam mewujudkan ketahanan pangan daerah dengan pendekatan berbasis kelurahan. Melalui program Lumbung Mataraman, sejumlah kelurahan mulai digerakkan untuk menjalankan sistem pertanian terpadu yang menyesuaikan dengan potensi lokal masing-masing wilayah.

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DIY, Syam Arjayanti, menjelaskan program ini dirancang sejalan dengan arah kebijakan Gubernur DIY dalam hal pemberdayaan masyarakat di tingkat kalurahan.

Lumbung Mataraman tidak hanya fokus pada produksi, namun juga mencakup seluruh rantai pasok pangan dari hulu hingga hilir.

Konektivitas Antara Bahan Pangan

“Dari hulu sampai hilir, ada konektivitas antara bahan pangan yang berasal dari ternak, sumber karbohidrat, sayur, yang disesuaikan dengan potensi setiap kelurahan,” katanya Selasa, 15 Juli 2025.

Syam mengungkapkan bahwa program tersebut didukung Dana Keistimewaan (Danais) dengan nilai sekitar Rp750 juta per kelurahan. Dana itu difokuskan untuk membangun sistem pertanian terpadu sesuai dengan kondisi dan karakteristik lokal.

“Kita dorong kelurahan itu konsepnya akan seperti apa. Kelurahan mempersiapkan pertanian terpadu yang disesuaikan dengan potensi, permasalahan, kelembagaan dan pengelolaan di setiap wilayah,” katanya.

Program ini mulai dijalankan sejak tahun 2023 dengan dua kelurahan sebagai percontohan. Hingga pertengahan 2025, jumlah kelurahan yang telah menerapkannya bertambah menjadi 16, menunjukkan respons yang positif terhadap inisiatif tersebut.

Namun, Syam juga mengakui bahwa masih ada tantangan besar, terutama konversi lahan yang terus terjadi di DIY. Padahal, Pemda telah memiliki landasan hukum untuk melindungi lahan pertanian melalui Perda DIY No.6/2021 yang menetapkan luas lahan pertanian pangan berkelanjutan sebesar 72.000 hektare.

“Itu [lahan pertanian pangan berkelanjutan] harusnya dilindungi, tidak beralih fungsi. Itu harusnya terkendali. Tapi kan masih banyak pembangunan yang harusnya ngijoli, tetapi kan tidak,” katanya.

Perubahan Pola Konsumsi

Di sisi lain, perubahan pola konsumsi juga menjadi perhatian. Masyarakat DIY kini mulai beralih dari ketergantungan pada beras dan mulai mengonsumsi berbagai sumber karbohidrat lain. Konsumsi beras di DIY saat ini tercatat 67 kilogram per kapita per tahun, angka yang tergolong rendah dibanding daerah lain di Indonesia.

“Disertifikasi ini kita sosialisasikan dan gerakkan kembali ke kelompok binaan di beberapa wilayah,” katanya.

Ia juga mengajak masyarakat untuk memperkuat ketahanan pangan dengan mengonsumsi produk-produk lokal.

Menambahkan dari sisi pelaku usaha, Arum Lestari, pemilik brand Iki TelurQu, menyampaikan perusahaannya menyediakan produk telur puyuh siap konsumsi untuk mendukung pemenuhan gizi masyarakat. Produknya kini telah menyasar pasar retail di Jogja, Solo, dan Malang.

“Kita melihat ada potensi pasar Indonesia pengen mengkonsumsi protein yang lebih tinggi,” katanya. (*)

Read more

Local News