PanenTalksBogor – Tiga mahasiswa Departemen Fisika IPB University, yakni Pristy Tasya Nabila, Salsabilla Permata Bayah, dan Annisa Nur Azahra, berhasil menciptakan panel akustik ramah lingkungan berbahan limbah kelapa sawit.
“Kami melihat dampak kelapa sawit di Indonesia sangat besar, terutama dari sisi limbah yang dihasilkan. Mulai dari batang sawit hingga tandan kosong kelapa sawit (TKKS). Dari situ, kami mencoba mencari cara agar limbah tersebut bisa diolah menjadi bahan yang lebih bermanfaat,” jelas Pristy.
Berangkat dari gagasan itu, tim mengolah batang sawit dan TKKS menjadi panel akustik. Prosesnya sederhana. Batang sawit dikeringkan lalu digiling hingga berbentuk bubuk, sedangkan TKKS dipotong menjadi serat. Kedua bahan kemudian dicampur dengan tepung tapioka sebagai perekat alami, dicetak, lalu dipanaskan dalam oven.
“Tepung tapioka kami pilih karena alami, mudah diperoleh, dan memiliki kandungan starch yang efektif sebagai pengikat,” tambah Annisa.
Hasil uji laboratorium menunjukkan panel akustik buatan mahasiswa IPB ini memiliki koefisien serap suara 0,8 atau 80 persen, mendekati kualitas panel akustik komersial.
“Produk kami tidak hanya ramah lingkungan, tapi juga punya performa setara dengan panel pabrikan. Bahkan, pengujian menunjukkan panel mampu mereduksi suara hingga 21 persen,” ujar Salsabilla. Ia menambahkan, tim kini terus mengembangkan panel tersebut melalui berbagai uji coba ketahanan, mulai dari uji bakar, rendam, hingga kekuatan.
Produk yang mereka beri nama Trangton itu sudah mengantarkan prestasi membanggakan. “Kami berhasil meraih Juara Pertama sekaligus Best Presentation pada ajang International Oil Palm Trunk Product Design Competition 2025,” ungkap Pristy.
Meski begitu, tim masih menghadapi kendala. “Batang sawit berukuran besar dan cukup berat untuk diangkut. Solusinya, batang sawit bisa dikeringkan di lokasi perkebunan terlebih dahulu agar lebih ringan dipindahkan. Proses pembuatannya sebenarnya sederhana, tapi hasilnya luar biasa,” lanjutnya.
Ke depan, ketiganya optimistis produk ini dapat dikembangkan lebih luas dengan dukungan investor maupun mitra industri. “Dengan begitu, limbah sawit yang sebelumnya terbuang percuma bisa memiliki nilai tambah dan menjadi alternatif panel akustik berkelanjutan,” tegas Pristy.
PanenTalks, Bogor – Tiga mahasiswa Departemen Fisika IPB University, yakni Pristy Tasya Nabila, Salsabilla Permata Bayah, dan Annisa Nur Azahra, berhasil menciptakan panel akustik ramah lingkungan berbahan limbah kelapa sawit.
“Kami melihat dampak kelapa sawit di Indonesia sangat besar, terutama dari sisi limbah yang dihasilkan. Mulai dari batang sawit hingga tandan kosong kelapa sawit (TKKS). Dari situ, kami mencoba mencari cara agar limbah tersebut bisa diolah menjadi bahan yang lebih bermanfaat,” jelas Pristy.
Berangkat dari gagasan itu, tim mengolah batang sawit dan TKKS menjadi panel akustik. Prosesnya sederhana. Batang sawit dikeringkan lalu digiling hingga berbentuk bubuk, sedangkan TKKS dipotong menjadi serat. Kedua bahan kemudian dicampur dengan tepung tapioka sebagai perekat alami, dicetak, lalu dipanaskan dalam oven.
“Tepung tapioka kami pilih karena alami, mudah diperoleh, dan memiliki kandungan starch yang efektif sebagai pengikat,” tambah Annisa.
Hasil uji laboratorium menunjukkan panel akustik buatan mahasiswa IPB ini memiliki koefisien serap suara 0,8 atau 80 persen, mendekati kualitas panel akustik komersial.
“Produk kami tidak hanya ramah lingkungan, tapi juga punya performa setara dengan panel pabrikan. Bahkan, pengujian menunjukkan panel mampu mereduksi suara hingga 21 persen,” ujar Salsabilla. Ia menambahkan, tim kini terus mengembangkan panel tersebut melalui berbagai uji coba ketahanan, mulai dari uji bakar, rendam, hingga kekuatan.
Produk yang mereka beri nama Trangton itu sudah mengantarkan prestasi membanggakan. “Kami berhasil meraih Juara Pertama sekaligus Best Presentation pada ajang International Oil Palm Trunk Product Design Competition 2025,” ungkap Pristy.
Meski begitu, tim masih menghadapi kendala. “Batang sawit berukuran besar dan cukup berat untuk diangkut. Solusinya, batang sawit bisa dikeringkan di lokasi perkebunan terlebih dahulu agar lebih ringan dipindahkan. Proses pembuatannya sebenarnya sederhana, tapi hasilnya luar biasa,” lanjutnya.
Ke depan, ketiganya optimistis produk ini dapat dikembangkan lebih luas dengan dukungan investor maupun mitra industri. “Dengan begitu, limbah sawit yang sebelumnya terbuang percuma bisa memiliki nilai tambah dan menjadi alternatif panel akustik berkelanjutan,” tegas Pristy.