PanenTalks, Sleman – Mahasiswa KKN PPM Universitas Gadjah Mada (UGM) menanam 540 bibit terumbu karang di perairan Nagari Mandeh dan Nagari Sungai Nyalo, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, pada Jumat, 1 Agustus 2025. Mereka memasang terumbu karang buatan sebagai bagian dari upaya menjaga ekosistem bawah laut di kawasan wisata Mandeh.
Fatih Husaen, Koordinator Program Penanaman Terumbu Karang dari KKN Menoreh Mandeh, menjelaskan pentingnya kehadiran terumbu karang bagi kelangsungan ekosistem laut.
“Peran terumbu karang sangat besar dalam menjaga keanekaragaman hayati. Kami menanam 15 meja, untuk per mejanya ada 36 koloni hewan itu,” kata dia.
Raditya Affandi, Koordinator Mahasiswa Tingkat Unit KKN Menoreh Mandeh, menambahkan bahwa program ini menjadi langkah awal UGM di kawasan tersebut.
“Jadi untuk tahun pertama ini kami mengumpulkan data, observasi data primer dan menyiapkan kerja lanjutan untuk tahun-tahun berikutnya,” ujarnya.
Wakil Rektor UGM Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian kepada Masyarakat dan Alumni, Dr. Arie Sujito, menyebut kegiatan ini sebagai aksi nyata melawan kerusakan lingkungan.
“Penyelamatan alam yang kita lakukan dengan penanaman itu. Dan ini bagian nyata komitmen yang secara konkret melalui arena secara praksis,” katanya.
Peran Strategis Terumbu Karang bagi Ekosistem
Ia menegaskan peran generasi muda dalam pelestarian lingkungan.”Masa depan alam ini tergantung perlakuan kita pada alam. Semakin kita mencintai alam itu akan saya punya keyakinan akan menciptakan kesejahteraan,” ujarnya.
Arie berharap gerakan ini bisa menjadi inspirasi bagi kampus lain. “Saya yakin ini akan menjadi gerakan sosial penyelamatan alam. Di antara sekian kita menghadapi krisis ekonomi, krisis alam, climate change, global warming, menyemai terumbu karang ini adalah bagian dari tindakan konkret yang kecil yang punya manfaat besar buat kita semua di dalam penyelamatan alam dan penyelamatan kemanusiaan,” kata Arie menegaskan.
Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Kementerian Kehutanan RI, Satyawan Pudyatmoko, mengungkapkan bahwa pelestarian karang menghadapi tantangan besar dari perubahan iklim dan polusi.
“Perubahan iklim ini meningkatkan suhu air laut seringkali menyebabkan gejala yang namanya pemutihan, bleaching untuk terumbu karang ini menyebabkan kematian. Penyebab yang lain tentu saja polusi,” ujarnya.
Satyawan juga menyoroti kerusakan yang ditimbulkan oleh aktivitas manusia. “Ikannya makin kecil, makin ke dalam untuk mencari ikan yang besar-besar. Nah ini pertanda ekosistem lautnya harus diperbaiki, disehatkan kembali dengan cara penanaman terumbu karang,” ujar Satyawan.
Menunjang Produktivitas Perikanan
Ia menekankan pentingnya keberadaan koloni hewan itu dalam menunjang produktivitas perikanan. “Kami di pemerintah ini juga sangat berterima kasih kepada UGM yang mengerjakan mahasiswa untuk menanam terumbu karang,” kata dia.
“Kami punya komitmen dalam konvensi internasional mencegah terjadinya kepunahan spesies dan sekaligus punya komitmen untuk meningkatkan produktivitas ekosistem,” tuturnya.
Kepala BPSPL Padang, Rahmat Irfansyah, menyatakan dukungan terhadap kegiatan ini dan menyebutnya selaras dengan arah pembangunan ekonomi biru.
“Kami menyaksikan sendiri bersama dengan teman-teman KKN UGM ada di Alor, ada di Maratua, ada di banyak sekali pulau-pulau kecil terluar yang bagian dari upaya penyelamatan kedaulatan lingkungan, termasuk juga memberdayakan masyarakat menjadi satu kesatuan,” kata dia memungkasi. (*)