PanenTalks, Badung – Setelah fokus pada pengenalan teori dan deteksi dini gangguan kesehatan mental pada hari pertama, pelatihan bagi para guru ini memasuki sesi krusial: manajemen stres.
“Sesi hari ini bertujuan membekali para pendidik dengan keterampilan (skill) praktis untuk mengelola stres dan emosi mereka,” tutur Ratna Nurwindasari, M.Psi, di sela pelatihan Literasi Kesehatan Mental di Kuta Badung 26 September 2025.
Dalam pelatihan kolaborasi Dinas Pendidikan Kabupaten Badung, Asosiasi Pemerintah Kabupaten se indonesia (Apkasi) dan Yayasan Adiluhung Nusantara itu, Ratna psikolog dari Biro Psikologi Ruang Maya memberi paparan kepada sekitar 100 guru Sekolah Dasar se Kabupaten Badung.
Ratna mengungkapkan, tujuan utama dari pelatihan ini sejalan dengan pesan bahwa guru harus “selesai dengan dirinya sendiri,” artinya mampu meregulasi diri dan menyelesaikan masalah pribadi sebagai individu.
Harapannya, dengan kemampuan meregulasi emosi dan stres yang baik, guru dapat menampilkan performa terbaik saat menjalankan peran di sekolah tanpa mencampurkan masalah personal, seperti urusan keluarga atau anak, dengan tanggung jawab profesional.
“Materi hari ini mencakup pemahaman mendalam tentang jenis-jenis stres, berbagai teknik koping stres, dan cara-cara yang dapat diaplikasikan saat mengalami emosi negatif,” imbuhnya.
Beberapa teknik keterampilan yang dipelajari dan dipraktikkan bersama meliputi:
- Micromove: Teknik yang mendorong seseorang untuk bergerak (seperti berolahraga ringan, menari, atau berjalan) saat sedang dalam kondisi emosi yang tidak menyenangkan.
- Prinsipnya adalah tidak berdiam diri atau statis, melainkan melakukan gerakan fisik untuk mengalihkan energi negatif.
- Grounding: Teknik yang membantu peserta untuk kembali terhubung dengan realitas saat emosi tidak stabil (meski ini tidak disebutkan secara detail, ia termasuk dalam teknik yang dipelajari).
Sebagai bagian dari proses, beberapa peserta berani mengeluarkan unek-unek dan menceritakan masalah pribadi mereka, bahkan ada yang terlihat menangis sebagai bentuk pelepasan emosi.
Pelatihan ditutup dengan kegiatan reflektif berupa pesan berantai untuk diri sendiri, di mana peserta menulis pesan yang berisi ungkapan syukur atau terima kasih karena telah bertahan melewati berbagai permasalahan.
Dengan penekanan pada peningkatan keterampilan praktis, pelatihan ini diharapkan tidak hanya menambah pengetahuan, tetapi benar-benar membekali guru dengan alat-alat nyata yang bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari untuk menjaga kesejahteraan mental mereka.(“)