Jumat, Oktober 17, 2025

Megawati Tanam Pohon Bodhi di UGM, Simbol Pelestarian Alam dan Kebijaksanaan

Share

YOGYAKARTA – Dalam rangka mendukung pelestarian keanekaragaman hayati, Presiden Kelima Republik Indonesia yang juga menjabat sebagai Ketua Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Megawati Soekarnoputri, melakukan penanaman pohon Bodhi (Ficus religiosa) di halaman depan Gedung Pusat Universitas Gadjah Mada (UGM). Ia didampingi langsung oleh Rektor UGM, Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., Sp.OG(K)., Ph.D.

Pohon Bodhi dikenal tidak hanya sebagai tanaman pelindung, tetapi juga memiliki makna simbolis yang dalam. Dalam berbagai kebudayaan timur, pohon ini sering diidentikkan dengan kebijaksanaan, ketenangan, serta hubungan harmonis antara manusia dan alam.

Dekan Fakultas Kehutanan UGM, Ir. Sigit Sunarta, S.Hut., M.P., M.Sc., Ph.D., IPU., menekankan pentingnya keberadaan pohon Bodhi dari sisi lingkungan. Ia menjelaskan bahwa tanaman ini termasuk spesies yang tumbuh cepat dan memiliki daun yang rindang, sehingga efektif dalam menyerap emisi karbon.

“Pohon ini simpanan karbonnya jauh lebih banyak karena tumbuhnya cenderung lebih cepat sehingga secara aspek penyerapan terhadap emisi itu luar biasa,” ungkap Sigit.

Secara alami, pohon Bodhi tersebar mulai dari wilayah Himalaya hingga Tiongkok Selatan, Vietnam, dan Thailand Utara. Tingginya bisa mencapai 20 hingga 30 meter, dan memiliki bentuk daun menyerupai hati dengan ujung meruncing. Selain memberikan keteduhan dan menjadi habitat bagi burung dan serangga, tanaman ini juga memiliki khasiat pengobatan tradisional untuk berbagai penyakit seperti diabetes, kolesterol, hingga pegal linu.

Usai prosesi penanaman, Megawati juga menyempatkan diri mengunjungi mini expo hasil riset yang digelar UGM bersama BRIN. Di sana, ditampilkan berbagai inovasi sains, mulai dari pangan hingga produk kecantikan. Salah satu yang menarik perhatian adalah olahan pangan berbahan dasar belalang dari Gunung Kidul, yang dikembangkan menjadi produk energy bar.

“Inovasinya adalah kita membuat bahan pangan yaitu secara tampilan lebih aesthetic tidak berwujud belalang utuh dan juga berusaha menurunkan alergennya,” jelas Emma Damayanti, peneliti dari Pusat Riset, Teknologi, dan Pangan Gunung Kidul.

Selain BRIN, UGM Science Technopark juga memamerkan hasil riset berupa padi unggulan Gamagora 7. Varietas padi ini dikembangkan agar mampu beradaptasi dengan perubahan iklim, serta memiliki kualitas rasa dan aroma yang lebih baik.

Dengan potensi produktivitas yang tinggi, varietas ini diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata bagi ketahanan pangan nasional.

Pameran tersebut juga melibatkan Pusat Kajian Biodiversitas Tropika Fakultas Biologi UGM. Mereka menampilkan berbagai produk unggulan, termasuk hasil riset mikroba, pertanian, hingga penemuan spesies baru.

Dekan Fakultas Biologi UGM, Prof. Budi Setiadi Daryono, menyampaikan pentingnya kolaborasi dalam menjaga kekayaan hayati Indonesia.

“Upaya ini kita laksanakan secara gotong royong oleh semua pemangku kepentingan bersama masyarakat,” ungkapnya.

Budi menambahkan bahwa pihaknya aktif dalam berbagai kegiatan riset, termasuk Ekspedisi Khatulistiwa bersama TNI-POLRI, RISTOJA, serta riset terkait vektor penyakit bersama Kementerian Kesehatan.

Ia juga memperkenalkan Program Studi Profesi Kurator Keanekaragaman Hayati pertama di Indonesia dan kedua di dunia.

“KIta siap menghasilkan lulusan Kurator Keanekaragaman Hayati yang unggul dan kompeten di bidang Keanekaragaman Hayati tidak hanya di Indonesia tetapi juga di dunia,” terangnya.

Sementara itu, Aditya dari Integrated Genome Factory Fakultas Biologi menyebutkan bahwa kunjungan Megawati menjadi momen penting untuk memperlihatkan capaian riset biodiversitas yang telah dilakukan.

“Megawati Soekarnoputri mendorong agar penelitian berbasis biodiversitas termasuk pemanfaatannya di jangka panjang,” pungkasnya. (*)

Read more

Local News