PanenTalks, Semarang – Parijoto, buah lokal khas Kabupaten Kudus, tak hanya bisa menjadi santapan saat baru saja petik. Keragaman produk membawa buah berwarna merah maron ini ke seluruh nusantara.
Founder& CEO ALAMMU, Triyanto R Soetardjo adalah merupakan warga lokal memiliki ide mengoptimalkan panen melimpah Parijoto. Bahkan, Parijoto juga busuk saat tak laku di kompleks makam para wali. Namun sebaliknya, saat musim kemarau buah ini menjadi langka.
“Pasar Parijoto masih dominasi para peziarah saat membeli dan membawa ke rumah justru busuk,” kata dia, di Kota Semarang, Minggu 14 September 2025.
Alhasil, tercetus ide untuk mengolah Parijoto menjadi sirup. Dia mencoba-coba mengolah Parijoto sejak 2015. Buah Parijoto terkenal dengan rasa kecut dan masam.
Hasil uji coba menghadirkan sirup Parijoto dengan citarasa masam. Percobaan berikutnya terlalu manis. Saat itu, dia hanya membagikan ke kalangan petani untuk tes rasa. Baru, tahun 2017 menemukan komposisi rasa pas di lidah.
Kabar turun menurun Parijoto ini sebagai bagian tradisi mitoni. Masyarakat Kudus membuat rujak untuk keperluan mitoni harus menambahkan Parijoto. Parijoto adalah tanaman langka banyak tumbuh di pegunungan Muria Kabupaten Kudus.
Buah ini merupakan tanaman mempunyai kaitan dengan sejarah Sunan Muria sehingga banyak orang mencari karena khasiatnya. Selain nilai sejarah pada masa Sunan Muria, hasil penelitian menyebutkan Parijoto memiliki kandungan kardenolin, flavonoid dan tanin.
Padahal, buah ini memiliki beragam manfaat. Selain untuk masalah kesuburan, Parijoto berfungsi menekan kolesterol, mengatasi diare, mencegah sariawan, menangkal radikal bebas, menurunkan berat badan dan lainnya.
Berbekal tekad ingin memperpanjang usia Parijoto tetap mengolah menjadi beragam produk. Meliputi sirup, teh, chips dan permen.
“Sejak 2019, produk-produk lain berbahan baku Parijoto tersedia,” kata dia.
Penjualan digital membawa Parijoto semakin memperluas jangkauan. Konsumen dari pelosok negeri mulai memesan. Sedangkan, konsumen dari luar negeri juga tertarik mencoba.
Harga Parijoto mulai Rp25 Ribu berbeda untuk setiap produk. Dia terus berinovasi agar cita-cita Parijoto semakin populer di luar Pulau Jawa. Produk terbaru adalah kombucha untuk menjaga kebugaran tubuh.
Dia juga mampu menambah volume serapan Parijoto dari para petani. Dari mulai berbunga hingga memetik membutuhkan waktu sekitar lima bulan. Saat ini dia memiliki tiga kebun dan bermitra dengan delapan petani.
“Kadang juga ada petani yang mengirim mendadak karena kelebihan hasil panen,” kata dia.
Dia beranggapan, prediksi cuaca sering berubah sehingga menampung stok buah demi keberlanjutan produksi. (*)