Sabtu, September 27, 2025

Menggaungkan Gerakan Selamatkan Pangan

Share

PanenTalks, Jakarta-Gerakan Selamatkan Pangan (GSP) kembali digaungkan sebagai upaya nasional dalam menekan pemborosan makanan atau Food Loss and Waste (FLW), seiring meningkatnya kesadaran global terhadap pentingnya ketahanan pangan dan efisiensi sumber daya.

Badan Pangan Nasional (NFA) menekankan bahwa pengurangan susut dan sisa pangan (SSP) merupakan langkah strategis dalam mendukung target pembangunan berkelanjutan (SDGs).

GSP yang telah diluncurkan sejak 2022 menjadi wadah kolaboratif lintas sektor yang melibatkan unsur pentahelix diantaranya, akademisi, dunia usaha, masyarakat, pemerintah, serta media.

Direktur Kewaspadaan Pangan NFA, Nita Yulianis, menyatakan bahwa keberhasilan gerakan ini sangat bergantung pada partisipasi aktif masyarakat, termasuk dari kalangan kampus.

“Kampanye daring yang kreatif dan informatif sangat penting dalam membangun kesadaran publik. Kami juga mendorong keterlibatan mahasiswa dan civitas akademika dalam penelitian serta inovasi teknologi penyelamatan pangan,” ujar Nita dalam keterangannya, Senin (28/4).

Indonesia telah menargetkan pengurangan SSP sebesar 75% pada 2045 sebagaimana tercantum dalam Peta Jalan Pengelolaan Susut dan Sisa Pangan. Sasaran ini sejalan dengan komitmen Indonesia terhadap SDGs, khususnya poin 12.3 tentang pengurangan 50% food waste di tingkat ritel dan konsumen pada 2030, serta poin 2 tentang penghapusan kelaparan (Zero Hunger).

Merujuk laporan Food Waste Index 2024 dari UNEP, pada 2022 dunia mencatatkan 1,05 miliar ton makanan terbuang, dengan rumah tangga menyumbang 59,85% atau rata-rata 79 kg per orang per tahun. “Ini menjadi peringatan serius bagi kita semua,” kata Nita.

Pengelolaan SSP bahkan telah masuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025–2029 sebagai program prioritas dalam penguatan ekosistem ekonomi sirkular. Dalam Perpres No. 12 Tahun 2025, pemerintah menargetkan penyelamatan pangan sebesar 3–5% tiap tahun selama lima tahun ke depan.

Dalam Jabar Symposium bertema “Dari Meja Makan ke Meja Belajar” yang digelar BEM FISIP Universitas Pasundan (UNPAS), Analis Ketahanan Pangan Madya NFA, Febrina Cholida, mengapresiasi peran mahasiswa dalam mendukung gerakan penyelamatan pangan.

“Mahasiswa sebagai agen perubahan bisa menjadi role model dalam perilaku konsumsi yang bijak, sekaligus menjadikan isu ini sebagai bahan kajian, praktik lapang, hingga kegiatan pengabdian masyarakat,” jelas Febrina.

Ia juga menyoroti berbagai inisiatif yang telah berjalan, seperti Berbagi Bites Jogja yang lahir dari keprihatinan atas kondisi mahasiswa kekurangan makanan, serta komunitas Ruang Pangan di Lampung yang digagas mahasiswa untuk mengurangi sampah makanan.

Presiden BEM FISIP UNPAS, Dwicki Darmawan, menyatakan dukungannya terhadap program NFA. “Melalui Jabar Symposium, kami akan mengonsolidasikan akademisi, mahasiswa, dan pemerintah untuk mendorong kajian kebijakan yang mendukung penyelamatan pangan,” ucapnya.

NFA menekankan bahwa langkah paling prioritas dalam penyelamatan pangan adalah pencegahan. Namun, jika makanan berlebih tak dapat dihindari, maka langkah selanjutnya adalah mendonasikannya melalui kerja sama dengan bank pangan atau komunitas penyelamatan pangan, tentunya dengan memastikan aspek keamanan pangan tetap terpenuhi.

Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi menggarisbawahi bahwa gerakan ini adalah upaya kolektif bangsa. “Dengan memahami dan mendukung GSP, kita bukan hanya menyelamatkan pangan, tapi juga memperkuat ketahanan pangan nasional,” tegasnya.

Read more

Local News