Kamis, Oktober 2, 2025

Menteri Hanif Minta Pelaku Pariwisata Bali Kelola Sampah Sendiri

Share

PanenTalks, Nusa Dua – Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Hanif Faisol Nurofiq menegaskan pelaku pariwisata, khususnya perhotelan di Bali, wajib mengelola sampah yang mereka hasilkan secara mandiri.

Hal ini disampaikan Hanif saat melakukan pembinaan penilaian kinerja lingkungan hidup sektor perhotelan di Bali, bertempat di BNDCC Nusa Dua 26 September 2025.

“Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008, pemilik kawasan diminta untuk menyelesaikan sampahnya sendiri. Sampah tidak boleh keluar, kecuali residu yang dibebankan kepada pemerintah daerah,” jelas Hanif di hadapan para General Manager dan perwakilan hotel berbintang di Bali.

Hanif menyoroti lonjakan volume sampah di Bali yang mengindikasikan adanya kontribusi signifikan dari sektor pariwisata.

Ia membandingkan perhitungan teoritis produksi sampah berdasarkan jumlah penduduk Kabupaten Badung dan Kota Denpasar yang sekitar 1,1 juta jiwa—dengan asumsi produksi sampah maksimal 1,33 kg/jiwa/hari—yang seharusnya menghasilkan sekitar 1.300 ton/hari. Namun, data truk yang masuk ke TPA Suwung menunjukkan volume sampah aktual mencapai 1.800 ton/hari.

“Kami coba cek dengan kondisi di TPA Suwung, ternyata jumlah sampahnya mencapai 1.800 ton/hari berdasarkan truk yang masuk. Jadi sampah ini dari mana kalau jumlah penduduk hanya 1,1 juta jiwa yang dilayani TPA Suwung?” ujarnya.

Hanif mengindikasikan kelebihan produksi sampah sebesar 500 ton/hari berasal dari para wisatawan yang berkunjung ke Bali.

Atas dasar itu, Kementerian LHK, Kementerian Pariwisata, dan Pemerintah Provinsi Bali kini melakukan pembinaan intensif terkait penerapan ketaatan pengelolaan sampah di masing-masing hotel di Bali.

Senada dengan Menteri LHK, Gubernur Bali Wayan Koster menyayangkan sikap industri dan pelaku pariwisata Bali yang dinilainya masih kurang taat dalam upaya pelestarian lingkungan, terutama dalam penanganan sampah.

“Belum tertib urusan sampah,” tegasnya.

Koster mengingatkan daya tarik utama Bali adalah keunikan budaya dan lingkungan alamnya. Oleh karena itu, selain menjaga kelestarian budaya, menjaga ekosistem—alam dan lingkungan yang bersih—serta infrastruktur yang baik adalah sebuah kewajiban.

“Tanpa budaya jangan harap pariwisata Bali bisa berkembang,” ujar Koster.

Ia menekankan ekonomi Bali sangat bergantung pada sektor pariwisata, sehingga kelestariannya harus dijaga.

Koster berharap industri dan pelaku pariwisata dapat bersinergi dan bekerja sama menjaga kelestarian budaya dan alam Bali, khususnya melalui penanganan sampah yang bertanggung jawab. (*)

Read more

Local News