PanenTalks, Jakarta – Dalam langkah strategis memperkuat ketahanan pangan nasional dan mendorong kemandirian pertanian, Wakil Menteri Pertanian RI, Sudaryono, melakukan kunjungan kerja ke Wageningen University and Research (WUR), Belanda, institusi riset pertanian terkemuka dunia. Kunjungan ini turut dihadiri Rektor IPB University, Prof. Arif Satria, dan menjadi bagian dari agenda besar Indonesia menjalin kolaborasi riset dan teknologi internasional.
“Kami berada di Wageningen University and Research, universitas terbaik dunia di bidang pertanian. Bersama Prof. Arif Satria dan tim, kami mencari solusi atas berbagai tantangan pangan dan pertanian di Indonesia,” kata Sudaryono dalam pernyataan resminya, (4/5/2025).
Fokus utama kunjungan ini adalah mengeksplorasi inovasi teknologi yang dapat diterapkan secara nyata di lahan pertanian Indonesia. Mulai dari pengembangan varietas unggul kedelai, penerapan sistem precision farming berbasis data dan kecerdasan buatan, hingga pertukaran pengetahuan antara peneliti dan petani.
“Kita harus mencari dan mengadopsi teknologi terbaik, demi meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan petani kita. Ini saatnya kita kurangi impor dan mulai memperbanyak ekspor,” tegas Sudaryono.
Salah satu perhatian khusus adalah produktivitas kedelai nasional, yang saat ini masih sangat bergantung pada impor. Wamentan menegaskan, Indonesia memerlukan terobosan teknologi agar petani mampu menghasilkan kedelai secara efisien dan kompetitif.
Tak hanya berbicara soal inovasi, kolaborasi dengan WUR juga menyentuh penguatan ekosistem riset dan pendidikan pertanian nasional. “Kerja sama ini tidak hanya soal teknologi, tapi juga soal sistem—bagaimana kita memperkuat riset, inovasi, dan kapasitas sumber daya manusia di bidang pertanian,” imbuhnya.
Langkah ini sejalan dengan capaian positif pemerintah dalam menjaga ketersediaan pangan, khususnya beras. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, hingga April 2025 produksi gabah nasional tercatat sebesar 13,95 juta ton, menciptakan surplus beras 2,8 hingga 3 juta ton. Perum Bulog juga telah menyerap lebih dari 1,3 juta ton setara beras, meningkat signifikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
“Kebijakan HPP gabah sebesar Rp6.500 per kilogram dan penghapusan rafaksi menjadi pendorong utama lonjakan ini,” jelas Sudaryono, yang juga menjabat sebagai Ketua Dewan Pengawas Bulog.
Ke depan, pemerintah berkomitmen untuk memperluas keberhasilan ini ke komoditas strategis lainnya, termasuk kedelai, jagung, dan hortikultura. Visi besar yang dibawa adalah menjadikan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia, dengan pertanian yang mandiri, modern, dan berdaya saing global.
“Kunjungan ini menegaskan bahwa Indonesia tidak tinggal diam. Kami aktif mencari mitra terbaik dunia demi pertanian yang lebih kuat dan petani yang lebih sejahtera,” tutupnya.