Jumat, Juni 13, 2025

Merawat Tradisi Syawalan Berbagi Kupat Jembut di Semarang

Share

PanenTalks, Semarang – Salah satu daerah di Kota Semarang memiliki Tradisi Syawalan unik dengan membagikan Kupat Taoge atau Kupat Jembut.

Tepatnya di Kecamatan Pedurungan Kota Semarang. Anak-anak hingga dewasa menyambut antusias kearifan lokal saat waktu bergulir ke permulaan pagi. Di Kampung Jaten Cilik RW 6 Kelurahan Pedurungan Tengah, Senin 7 April 2025, warga tak melanjutkan tidur.

Usai Salat Subuh, adu petasan bersahutan dan kembang api membubung ke langit. Semakin menambah riuh di pagi hari, pemukulan tiang listrik menandai tradisi akan segera berlangsung.

Anak-anak antuasias membawa kantong plastik berjejer di Masjid Roudhotul Muttaqin. Di masjid sudah siap empat tampah (wadah anyaman bambu) berisi Kupat Jembut. Sebelumnya warga berdoa bersama. Anak-anak berkumpul menerima ketupat dan uang.

Dalam Syawalan, anak-anak baris paling depan agar mendapat ketupat dan uang. Sedangkan, para orang dewasa memanfaatkan tradisi acara Syawalan dengan saling bermaaf-maafan dengan tetangga.

Salah satu anak, Abid mengaku senang mengikuti tradisi ini. “Karena dapat kupat isinya ada uangnya. Kalau kumpul mau buat beli handphone,” ujar dia, Senin 7 April 2025.

Resep Turun Temurun dan Tetap Lestari

Penamaan Kupat Jembut terdengar unik karena merujuk pada rambut kemaluan perempuan. Pemotongan ketupat belah miring dan terdapat sayuran taoge di bagian tengah.

Sayuran ini ada bumbu urap dengan cita rasa pedas dan gurih. Tekstur taoge masih kriuk saat mengigit bercampur dengan bumbu urap menjadi pengalaman baru bagi warga Kota Semarangbelum menikmati sajian ini.

Tak hanya anak-anak antusias menyambut perayaan ini, para ibu sudah sibuk membuat Kupat Jembut pada Minggu, 6 April 2025. Juminah (60) dan Robiah (65) warga Medoho, Kelurahan Kalicari Kecamatan Pedurungan dengan menggunakan sarung tangan terlihat cekatan mengisi urap taoge di bagian irisan ketupat.

“Tradisi bancakan kayak gini hanya ada di Semarang. Resep ini dari mertua saat ke sini saya pindah ke sini (Semarang) sejak 88 (1988),” ungkap Robiah.

Robiah membuat sendiri mulai dari ketupat, membuat bumbu urap hingga merebus taoge. Dia pun tidak pernah meninggalkan Tradisi Syawalan ini untuk melestarikan warisan leluhur.

Meski begitu, tak semua bisa membuat Kupat Jembut. Ada kriteria, salah satunya orang tua yang memiliki anak kecil. “Yang bikin yang punya anak kecil dan bagi ke tetangga,” ucap Juminah.

Dia menyakini, warisan tradisi ini pengiring doa orang tua agar anaknya selalu sehat dan selamat.

Warga Kelurahan Kalicari Kecamatan Pedurungan Kota Semarang sedang bersiap membuat Kupat Jembut untuk dibagikan ke tetangga, Minggu 6 April 2025.

Tradisi Kupat Jembut

Tradisi berbagi kupat sayur itu sudah terjadi sejak 1950-an pasca perang dunia kedua. Berdasarkan penuturan Imam Masjid Roudhotul Muttaqin di Kampung Jateng Cilik, Munawir, kisah di balik Kupat Jembut berasal dari Warga Pedurungan mengungsi ke daerah Demak dan Purwodadi karena serangan sekutu kembali ke daerahnya sebelum bulan Ramadan.

“Sekutu pulang tahun 1951. Warga kembali ke wilayah masing-masing, dari Jaten Cilik, Gasem, Kudan, Pedurungan Lor, Tanjungsari, semua kembali,” kata Munawir.

Munawir mendengar cerita tersebut secara turun temurun. Kala itu warga setempat masih mengalami kekurangan menjelang perayaan Syawalan mereka tetap berbagi ketupat dan di bagian tengah ada sayuran.

Sajian ini memberikan makna menandakan Lebaran sudah berakhir dan simbol saling bermaafan. Simbol kesederhaaan dalam perayaan Syawalan dan tanda Hari Raya Lebaran sudah usai. Warga mengharapkan beraktivitas biasa.

“Simbol sudah bermaafan di antara teman, saudara, tetangga. Simbol kesederhanaan, perayaan tidak harus mewah tapi penuh makna,” ujarnya.

Penamaan Kupat Jembut menjadi pilihan warga agar mudah mengingat dan mengucapkan. Tradisi ini dapat tetap lestari di tengah gempuran jaman. Sebelumnya hanya hantaran ketupat saja, seiring perjalanan waktu terselip plastik berisi uang untuk anak-anak. (*)

Penampakan Kupat Jembut, kupat belah miring dan berisi sayuran urap taoge. Panen Talks/ Hendrati Hapsari

Read more

Local News