Sabtu, September 27, 2025

Merti Golong Gilig Dipowinatan Simbol Kebersamaan Warga

Share

PanenTalks, Yogyakarta – Masyarakat Kampung Dipowinatan kembali menggelar tradisi budaya Merti Golong Gilig di Ruang Terbuka Hijau Publik (RTHP) Dipowinatan, Minggu (18/8). Kegiatan yang telah menjadi tradisi tahunan ini berlangsung meriah sebagai simbol pemersatu masyarakat sekaligus pesta rakyat dalam wujud syukur.

Kirab pasukan Bregodo dan gunungan berisi berbagai camilan memulai acara Merti Golong Gilig. Berbagai kalangan dari berbagai usia, mulai anak-anak hingga orang tua ikut serta dalam kirab pasukan Bregodo yang membawa gunungan camilan.

Prosesi kemudian berlanjut dengan simbolisasi mengikat sapu lidi, penancapan bendera, dan doa bersama. Perebutan gunungan oleh masyarakat yang berlangsung meriah menutup acara ini.

Ketua Panitia Merti Golong Gilig Dipowinatan, Mahadeva Wahyu Sugianto, menjelaskan bahwa tradisi ini berakar dari sejarah penyatuan dua kampung, yakni Kintelan dan Numbal Anyer. Keduanya kemudian menjadi Kampung Dipowinatan. Nama Dipowinatan sendiri merujuk pada keberadaan Ndalem Dipowinoto, salah satu pangeran dari Kraton Yogyakarta.

“Semangat bersatu, golong gilig menjadi satu, terus kita uri-uri setiap tanggal 18 Agustus,” kata Mahadeva.

“Dalam acara ini ada pembagian makanan, bukan karena tidak butuh uang. Tetapi sebagai ungkapan suka cita warga untuk bersatu dan merayakan HUT RI dengan menyediakan berbagai makanan secara gratis. Sekaligus ajang promosi bagi UMKM kami yang cukup banyak,” ujarnya.

Lebih lanjut, Mahadeva menjelaskan bahwa prosesi pengikatan sapu lidi menggambarkan banyaknya warga yang ibaratnya seperti lidi. Ketika terikat menjadi satu, lidi akan lebih kuat, sebagaimana persatuan warga. Persatuan kian kuat dengan dukungan penancapan bendera Merah Putih sebagai simbol kesepakatan bersama.

Guniungan dalam acara. (dok:pemkotyogya)

Ia pun berharap Merti Golong Gilig dapat terus terselenggara setiap tahun dan membawa keberkahan bagi seluruh warga.

“Harapan kami kampung ini bisa gemah ripah lohjinawi, warganya selalu guyup rukun,” kata dia memungkasi.

Berbeda Dengan Biasanya

Wakil Wali Kota Yogyakarta, Wawan Harmawan, yang hadir untuk pertama kalinya dalam kegiatan tersebut mengaku kagum dengan suasana kebersamaan warga. Menurutnya, acara tersebut menghadirkan semangat gotong royong yang nyata sekaligus memperlihatkan kekompakan dan kebersamaan warga.

“Biasanya acara seperti ini menghadirkan UMKM yang menjual produk-produk, tapi di sini ternyata tidak butuh duit,” ujar Wakil Wali Kota.

“Sejak masuk ke kampung, kanan kiri warga sudah menawarkan makanan dan jajanan secara gratis. Ini benar-benar gotong royong sesuai program Segoro Amarto, Semangat Gotong Royong Agawe Majune Ngayogyokarto,” ucapnya.

Wawan menilai semangat kebersamaan warga Dipowinatan patut menjadi contoh. “Kegiatan seperti ini perlu mendapat ekspos lebih luas. Warganya sangat antusias, semua bergembira, dan makanannya enak-enak. Luar biasa,” imbuhnya.

Ia juga berharap kampung ini dapat berkembang menjadi kampung percontohan di Kota Yogyakarta. “Kesenian, kekompakan, dan gotong royong warga sudah menjadi ciri khas yang membanggakan. Jika mendapat polesan dan promosi melalui media sosial, kampung ini tidak kalah dengan destinasi wisata lain. Suasana yang natural dan guyub rukun adalah kekuatan kampung ini,” jelasnya.

Wawan menegaskan komitmennya untuk terus mendukung kegiatan budaya seperti Merti Golong Gilig. Selain memperkuat ikatan sosial masyarakat, tradisi ini juga menjadi daya tarik wisata dan identitas budaya yang memperkaya wajah Kota Yogyakarta sebagai kota budaya sekaligus kota gotong royong. (*)

Table of contents [hide]

Read more

Local News