Rabu, Juni 18, 2025

Metode Adaptif Menjawab Tantangan Sampah Rumah Tangga

Share

PanenTalks, Gianyar -Masyarakat semakin membutuhkan metode pengolahan sampah yang adaptif dan sederhana guna meningkatkan efektivitas pengelolaan sampah di tingkat rumah tangga.

Selain itu, diperlukan beragam pilihan metode yang memungkinkan masyarakat menjalankan kebijakan pengelolaan sampah berbasis sumber yang telah dirancang oleh Pemerintah Provinsi Bali.

Kepala Desa Taro, I Wayan Warka, menyampaikan harapan tersebut saat membuka Program Kemitraan Masyarakat yang digelar berkat kerja sama antara Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian Sains dan Teknologi (FPST), Universitas Warmadewa (Unwar), dan Program Studi Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta. Acara berlangsung di TPS 3R Desa Taro, Kabupaten Gianyar, pada Jumat (30/5/2025).

“Sampah organik selama ini cenderung dibawa ke kebun atau dibiarkan di belakang rumah,” ujar Warka.

Namun, ia mengungkapkan bahwa sampah plastik masih menjadi tantangan besar bagi desanya, karena belum ada metode efektif untuk mengolahnya. Akibatnya, sampah plastik selama ini harus diangkut oleh Yayasan Eco Bali untuk dikirim ke Jawa.

Kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan sampah menjadi aspek krusial dalam mengatasi permasalahan ini. Hal ini dite Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian UPN Veteran Yogyakarta, Prof. Dr. Ir. Susila Herlambang, M.Si., yang menyebutkan bahwa sampah yang diolah dengan baik tidak hanya mencegah pencemaran lingkungan, tetapi juga memiliki nilai ekonomi. “Saya yakin masyarakat sudah mulai melakukan. Sampah, kalau diolah, bisa menghasilkan emas hitam,” katanya.

Sementara itu, akademisi Prodi Agroteknologi FPST-Unwar, Dr. I Nengah Muliarta, S.Si., M.Si., menggarisbawahi pentingnya memberikan berbagai pilihan metode pengolahan sampah kepada masyarakat.

Pengomposan, menurutnya, adalah salah satu solusi akhir dalam pengelolaan sampah rumah tangga, tetapi masih banyak opsi lain yang bisa diterapkan.

“Masyarakat perlu berbagai model pilihan, seperti mengolah sisa sayur dan buah menjadi eco-enzyme, kulit apel menjadi keripik, dan kulit salak menjadi teh,” papar Muliarta. Ia menambahkan bahwa jika masyarakat memilih pengomposan, teknik yang diberikan haruslah beragam—baik metode aerob maupun anaerob—agar dapat disesuaikan dengan kondisi setempat.

Muliarta juga menekankan perlunya teknik pengomposan yang adaptif, seperti metode vermikompos, heap, Indore, Bangalore, Berkeley, atau Takakura, yang belum banyak disosialisasikan. “Selama ini masyarakat diharapkan bisa mengomposkan, tetapi mereka belum dibekali teknik yang sederhana, adaptif, murah, dan menghasilkan kompos berkualitas,” pungkasnya.

Dengan berbagai pilihan metode yang dapat disesuaikan dengan kondisi masing-masing wilayah, diharapkan masyarakat semakin terdorong untuk berpartisipasi aktif dalam pengelolaan sampah rumah tangga, demi lingkungan yang lebih bersih dan berkelanjutan. (*)

Read more

Local News