Sabtu, September 27, 2025

‘Naik Kelas’, Petani Sawit Didorong Jadi Pelaku Utama Industri

Share

PanenTalks, Yogyakarta – Petani sawit swadaya kini tak lagi sekadar jadi pelengkap dalam industri kelapa sawit nasional. Pemerintah melalui Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP) dan Direktorat Jenderal Perkebunan (Ditjenbun) tengah mendorong para pekebun kecil untuk “naik kelas” lewat pelatihan teknis dan manajerial berskala nasional.

Langkah ini untuk menjawab tantangan utama yang selama ini membelenggu produktivitas kebun rakyat. Pasalnya produktivitas petani swadaya jelas masih tertinggal jauh dan tak sebanding dengan kebun milik perusahaan swasta atau BUMN,

Produksi mereka hanya di kisaran 3–4 ton Crude Palm Oil (CPO) per hektar per tahun. Rendahnya kompetensi teknis dan manajemen kebun menjadi salah satu penyebab utama.

Program pelatihan ini untuk mendorong petani sawit menjadi pelaku utama industri yang kompeten, modern, dan berkelanjutan. Direktur Penyalur Dana Sektor Hilir BPDP, Mohammad Alfansyah, menekankan bahwa pengembangan SDM petani menjadi fondasi penting menuju industri sawit yang berdaya saing tinggi.

“Tujuan utama dari program pengembangan SDM adalah menyiapkan sumber daya manusia yang kompeten agar dapat memenuhi kebutuhan kriteria industri kelapa sawit berkelanjutan,” ujar Alfansyah, Sabtu, 13 September 2025.

Tahun ini, BPDP menargetkan 10.786 petani dan pengurus koperasi dari 17 provinsi penghasil sawit untuk mengikuti pelatihan. Pelatihan mendapat fasilitas dari berbagai mitra, termasuk LPP Agro Nusantara.

Direktur Tanaman Kelapa Sawit dan Aneka Palma Ditjenbun, Ir Baginda Siagian, menjelaskan bahwa peserta yang mengikuti pelatihan berdasarkanrekomendasi dari dinas perkebunan di tiap wilayah, yang disusun dalam format Data Rekomendasi Teknis (Rekomtek).

“Para peserta pelatihan yang berasal dari berbagai wilayah penghasil sawit ini mengikuti pelatihan melalui undangan berdasar Data Rekomendasi Teknis (rekomtek). Rekomtek berisi daftar peserta dari Dinas Perkebunan masing-masing wilayah yang dikeluarkan Direktorat Jenderal Perkebunan,” ucapnya.

Pelatihan ini tidak hanya mengandalkan teori di kelas, tapi juga menghadirkan praktik langsung di lapangan. Direktur LPP Agro Nusantara, Pranoto Hadi Raharjo menekankan pentingnya pendekatan menyeluruh.

“Melalui bentuk pelatihan seperti ini, pekebun tidak hanya mengerti secara teori, tetapi juga mampu mempraktikkannya di kebun masing-masing,” ungkapnya.

LPP Agro Nusantara sendiri melatih 2.066 peserta, meningkat dari 1.339 peserta pada tahun sebelumnya. Pelaksanaan pelatihan dalam 71 kelas yang tersebar di 9 provinsi sentra sawit seperti Sumatera Utara, Riau, Jambi, dan Papua Barat.

Kurikulum mencakup 11 jenis pelatihan mulai dari teknik panen, budidaya sawit berkelanjutan, manajemen keuangan, kelembagaan koperasi, hingga promosi hasil sawit.

Sementara Direktur SDM & TI PT Perkebunan Nusantara IV Subholding Perkebunan Suhendri menuturkan pelatihan merupakan investasi jangka panjang.

“Investasi pada pengembangan SDM merupakan langkah strategis untuk membangun masa depan perkebunan Indonesia yang tangguh, inklusif, dan berkelanjutan,” kata Suhendri.

Dengan pelatihan ini, pemerintah berharap petani swadaya dapat meningkatkan produktivitas kebun mereka secara signifikan. Ini juga memperkuat posisi mereka dalam rantai pasok industri, serta menerapkan praktik perkebunan yang lebih ramah lingkungan.

Transformasi ini menjadi bukti bahwa petani kecil pun bisa naik kelas dari sekadar produsen primer menjadi pelaku utama industri kelapa sawit nasional. (*)

Read more

Local News