PanenTalks, Bantul – Kementerian Agama menginisiasi gerakan penanaman satu juta pohon Matoa pada peringatan Hari Bumi 2025. Kegiatan ini digelar serentak di berbagai lokasi.
Di Jabodetabek, gerakan yang dipimpin langsung Menteri Agama Nasaruddin Umar dipusatkan di kampus Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) dan diikuti ASN Kementerian Agama, tokoh lintas agama, dan masyarakat dari berbagai daerah di Indonesia.
Di DIY, Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Bantul juga turut melaksanakan kegiatan ini menggandeng berbagai umat beragama untuk menanam ribuan pohon matoa. Penanaman pohon tersebut dilakukan untuk meningkatkan kesadaran ekologi.
Kepala Kantor Kemenag Bantul, Ahmad Shidqi menyebut penanaman pohon matoa tersebut merupakan tanggung jawab moral dan spiritual umat beragama dalam menjaga dan merawat alam. Menurutnya, umat beragama tidak hanya diminta untuk menjaga keharmonisan antar umat beragama, namun juga dengan alam.

“Penanaman pohon matoa di Bantul ini turut mengundang tokoh-tokoh agama seperti Islam, Katolik, Kristen, Hindu,dan Organisasi Kemasyarakatan [Ormas] beragama seperti NU dan Muhammadiyah,” katanya dalam Gerakan Penanaman Satu Juta Pohon Matoa dalam rangka peringatan Hari Bumi ke-55 di Panjangrejo, Pundong, pada Selasa (22/4).
Dalam penanaman tersebut ada 4.000 pohon yang ditanam di Bantul. Dia menuturkan penanaman pohon matoa tersebut bertujuan meningkatkan kesadaran ekologis berbasis nilai-nilai agama serta menciptakan lingkungan hidup yang lebih hijau dan berkelanjutan. “Melalui gerakan ini diharapkan dapat meningkatkan rasa kepedulian kita terhadap lingkungan di sekitar kita,” katanya.
Program tersebut diharapkan mampu menginspirasi berbagai lapisan masyarakat, terutama komunitas keagamaan untuk berpartisipasi aktif dalam upaya pelestarian lingkungan melalui sinergitas antara pemerintah, lembaga keagamaan, organisasi masyarakat, serta komunitas lokal.
Ahmad mengaku pohon matoa dipilih sebagai simbol gerakan tersebut karena pohon tersebut merupakan tanaman endemik Indonesia yang berasal dari Papua yang memiliki nilai ekologis dan sosial yang tinggi. “Pohon matoa dikenal sebagai spesies yang adaptif terhadap berbagai kondisi lingkungan tumbuh kuat dan rindang serta menghasilkan buah yang kaya akan manfaat,” katanya.
Selain itu, pohon tersebut juga memiliki nilai budaya yang kuat pada beberapa daerah di Indonesia, sehingga menurutnya dapat menjadi media yang efektif dalam menyebarluaskan pesan konservasi berbasis kearifan lokal.
Penanaman pohon matoa di Bantul ini dilaksanakan di berbagai titik, yaitu pada 16 madrasah negeri, 17 KUA, masjid, gereja dan pura.

MIN 3 Bantul, ikut mensukseskan agenda tersebut dengan menanam 200 pohon matoa dan pohon lainnya di lingkungan madrasah, rumah guru pegawai dan siswa madrasah rumah masing-masing yang tercatat 161 titik.
MIN 3 Bantul adalah salah satu madrasah yang mendapatkan mandatori program NGTS, yaitu madrasah gizi untuk prestasi, sehingga dalam setahun ini mengaplikasikan program kebun madrasah dengan menanam sayuran dan pepohonan untuk memenuhi gizi warga madrasah.
Sebagai madrasah negeri yang berada dibawah naungan Kementerian Agama, MIN 3 Bantul akan selalu berusaha mensukseskan setiap program pemerintah, terlebih dengan jargon madrasah go green, maka madrasah harus menjadi pioner gerakan penghijauan dalam menjaga kelestarian alam, papar Subarniyati, Kepala MIN 3 Bantul.

Sementara itu, MIN 1 Bantul juga ambil bagian dalam gerakan epik penanaman pohon matoa sebuah simbol kehidupan, harapan, dan komitmen terhadap kelestarian alam.
Dengan tangan-tangan kecil penuh harapan, para siswa menanam bukan hanya pohon, tetapi juga masa depan yang lebih hijau untuk bumi pertiwi. Kegiatan ini bukan sekadar seremoni, melainkan wujud nyata dari tanggung jawab moral dan spiritual untuk menjaga ciptaan Tuhan.
Kepala MIN 1 Bantul menyampaikan bahwa aksi ini adalah bagian dari pendidikan karakter yang menanamkan cinta bumi sejak dini.
Ibnu Widiyanto, guru MIN 1 Bantul menyampaikan bahwa penanaman pohon matoa sebagai bentuk cinta terhadap bumi kita yang semakin menua. “Alhamdulillah, kegiatan berjalan lancar, diiringi semangat membara dari siswa,” ujarnya.
“Semoga pohon matoa yang kami tanam dapat tumbuh dengan subur dan lebat, sebagai perindang kampus 2 MIN 1 Bantul,” lanjut Ibnu.
Dengan ikut mensukseskan program Kanwil Kemenag DIY ini, MIN 1 Bantul tidak hanya menunjukkan kepedulian lingkungan, tetapi juga menegaskan jati dirinya sebagai madrasah yang berjiwa hijau. Di hari yang suci bagi bumi ini, mereka telah menyemai benih-benih perubahan, menjadikan madrasah sebagai pusat peradaban yang peduli, sadar, dan bertindak untuk masa depan yang lebih baik. (*)
Editor: Rahmat