PanenTalks, Semarang – Pemerintah Provinsi Jawa Tengah mendorong program Mageri Segoro demi mengembalikan daya dukung ekosistem pesisir dari ancaman abrasi dan penurunan tanah.
Provinsi memiliki 35 kabupaten/ kota ini menggandeng Yayasan Kelola Lingkungan Pesisir Nusantara dan stakeholder terkait lainnya merehabilitasi mangrove dan hutan pantai.
“Saya ingin ini dilakukan serentak. Misal tidak bisa serentak, minimal masing-masing daerah harus punya target dan ada laporan dari tiap stakeholder,” ujar Gubernur, Rabu 4 Juni 2025.
Program Mageri Segoro akan mulai secara serentak pada 5 Juni 2025. Dia juga menginstruksikan kepada seluruh kepala daerah yang memiliki garis pantai untuk serius dalam menanam mangrove.
Wilayah pesisir Jawa Tengah tersebar di 17 kabupaten/kota dengan total garis pantai kurang lebih 971,52 KM. Meliputi pantai Utara sepanjang kurang lebih 645,08 KM dan pantai Selatan kurang lebih 326,44 KM. Di wilayah pesisir itu terdapat ekosistem hutan mangrove dan ekosistem hutan pantai. Pada 2024, luas hutan mangrove lebih dari 16.102,02 hektare.
Selama kurun waktu dari 2013 sampai 2021, wilayah pesisir Jawa Tengah mengalami abrasi seluas 4.993,87 hektare. Di beberapa wilayah pesisir Utara Jawa Tengah juga mengalami penurunan muka tanah. Berdasarkan data, penurunan muka tanah berkisar antara 8-14 cm per tahun. Adapun, beberapa daerah bahkan lebih dari itu.
Ketua Yayasan Kelola Lingkungan Pesisir Nusantara, Ardas Patra mengatakan, total potensi mangrove di Jawa Tengah kurang lebih 44 ribu hektare. Sebanyak 15 ribu hektare sudah hijau dengan tanaman. Namun berdasarkan data ia miliki sekitar 90 persennya bermasalah.
“Kami dari yayasan ini selama lima tahun akan mencoba menata kurang lebih 30 ribu hektare secara bertahap,” katanya.
Dia menjelaskan, usai penanaman mangrove tidak terpantau jumlah pohon bertahan maupun tumbang. Oleh sebab itu, kolaborasi dari berbagai pihak untuk menyiapkan skeman multiplayer effect dari menanam mangrove.
“Arahan dari Pak Gubernur tadi tidak boleh dilakukan secara sporadis. Butuh kolaborasi berbagai macam pemangku kepentingan,” kata dia.
Pihaknya juga memikirkan aktivitas lain bagi masyarakat atau kelompok masyarakat merawat mangrove. Seperti pemberian ikan dan lainnya. Penggarapan ini melalui kerja-kerja kombinasi pemerintah dan masyarakat juga stakeholder terkait.
Meski demikian, berdasarkan hasil analisa di lapangan penanaman mangrove di sepanjang oantai Utara Jawa Tengah tidak bisa dalam waktu bersamaan. Hal itu karena di beberapa titik ada daerahnya masih tertutup rob. (*)