Sabtu, September 27, 2025

Pakar UGM Ungkap Strategi Cerdas Hadapi Kemarau: Panen Air Solusinya!

Share

PanenTalks , Sleman – Memasuki masa transisi dari musim hujan ke kemarau, masyarakat diimbau untuk tetap menerapkan praktik pemanenan air hujan atau rainwater harvesting sebagai langkah cerdas dalam mempersiapkan ketersediaan air.

Anjuran ini menjadi penting sebagai tindakan antisipatif, meskipun musim kemarau tahun ini diprediksi memiliki durasi yang lebih pendek di beberapa wilayah Indonesia.

Hal ini disampaikan Pakar Klimatologi Fakultas Geografi UGM, Emilya Nurjani, yang menjelaskan perbedaan durasi musim kemarau yang berbeda ini disebabkan adanya angin musim biasa disebut sebagai muson atau monsoon.

Ilustrasi Memanen Air Hujan. (dok:cleanomic)

Muson menjadi penentu musim di Indonesia meliputi muson Asia atau Muson Timur dan Muson Barat atau Muson Australia.

“Muson Asia menjadi penentu datangnya hujan, sedangkan muson Australia menjadi penentu masuknya musim kemarau. Meski begitu, kedatangan masing-masing muson di setiap wilayah kadang tidak terjadi dalam waktu bersamaan,” kata Emily.

“Jika datang, kami bisa mulai menentukan kapan dimulainya musim hujan maupun musim kemarau,” lanjutnya.

Selain muson, beberapa fenomena iklim lain seperti El Nino dan La Nina, Indian Ocean Dipole (IOD) siklon tropis, Osilasi dan The Quasi-biennial Oscillation (QBO) biasanya juga mempengaruhi musim di Indonesia. Namun anomali terjadi untuk tahun ini, Emilya melihat tidak ada pengaruh fenomena-fenomena itu terhadap hujan yang turun di Indonesia.

Kedatangan musim kemarau durasinya bisa beragam. Bahkan, Emilya menyebut musim kemarau ada yang mencapai 24 dasarian atau delapan bulan.Berdasarkan perkiraannya, durasi kemarau tahun ini sama dengan tahun sebelumnya. Hal ini bisa dijadikan para petani untuk menyusun perencanaan jenis tanaman yang akan ditanam dengan lebih baik dan matang.

Masyarakat di daerah dengan waktu kemarau panjang menyesuaikan jenis tanaman pertanian yang dibudidayakan, seperti tanaman yang memiliki kebutuhan air lebih sedikit dan masa tanam yang pendek.

Saat kemarau nanti para petani juga diharapkan bisa melakukan pengelolaan pola buka pintu waduk jika ada irigasi atau pengairan. “Untuk kebutuhan air, kolam retensi pun bisa menjadi opsi, meskipun kolam ini pengisiannya dilakukan saat musim penghujan,” katanya.

Untuk sumber daya air, Emilya menyarankan adanya rainwater harvesting karena diprediksi minggu terakhir April ini masih bakal turun hujan, sehingga harapannya saat musim kemarau datang, tabungan air itu bisa digunakan untuk cadangan air. (*)

Editor: Rahmat

Read more

Local News