PanenTalks, Jakarta – Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) menegaskan pentingnya penganekaragaman konsumsi pangan berbasis potensi sumber daya lokal sebagai kunci ketahanan sekaligus kemandirian pangan bangsa.
Direktur Penganekaragaman Konsumsi Pangan NFA, Rinna Syawal, menekankan bahwa ketahanan pangan Indonesia tidak boleh bertumpu pada satu jenis komoditas saja.
“Indonesia memiliki keragaman sumber pangan yang sangat kaya, mulai dari sagu, jagung, sorgum, umbi-umbian, hingga berbagai jenis pangan lainnya yang sejak lama sudah menjadi bagian dari tradisi konsumsi masyarakat. Pentingnya penganekaragaman konsumsi pangan bukan sekadar isu teknis, tetapi juga menyangkut identitas budaya. Hilangnya pangan lokal berarti hilangnya sebagian jati diri bangsa,” ujar Rinna dalam wawancara di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Ia menjelaskan, NFA konsisten mendorong produksi, konsumsi, dan promosi pangan lokal. Namun tantangan terbesar saat ini adalah mengubah cara pandang masyarakat.
“Kita harus menjadikan pangan lokal sebagai healthy food sekaligus heritage food. Pangan nusantara tidak hanya menyehatkan tubuh, tetapi juga sarat dengan nilai sejarah dan filosofi kehidupan leluhur. Dengan mengangkat pangan lokal ke dalam gaya hidup modern, kita menegaskan pangan nusantara sebagai simbol kemandirian dan kebanggaan bangsa,” tegasnya.
Rinna menambahkan, keberhasilan menjaga keberlanjutan pangan nusantara tidak bisa hanya mengandalkan regulasi pemerintah. “Diperlukan keterlibatan seluruh elemen masyarakat secara sinergis. Komunitas adat harus menjaga tradisi, pelaku usaha mendorong inovasi produk berbasis pangan lokal, dan generasi muda menjadi motor perubahan pola konsumsi. Kesadaran generasi muda menjadi kunci penting, karena mereka akan menentukan arah konsumsi di masa depan,” jelasnya.
Dalam dialog tersebut, tokoh pangan berkelanjutan Puji Sumedi H bersama penggiat sorgum dari Flores Timur, Maria Loretha atau Mama Sorgum, juga menegaskan posisi pangan nusantara. “Pangan nusantara harus ditempatkan sebagai warisan budaya bernilai tinggi sekaligus peluang ekonomi yang menjanjikan bagi masa depan,” ujar Puji.
Data NFA menunjukkan, Indonesia memiliki 77 jenis pangan sumber karbohidrat, 75 jenis sumber minyak dan lemak, 26 jenis kacang-kacangan, 389 jenis buah, 228 jenis sayuran, 40 jenis bahan minuman, dan 110 jenis rempah. Keragaman ini diyakini mampu menjadi pilar utama penganekaragaman pangan nasional.
Kepala NFA, Arief Prasetyo Adi, menegaskan kembali peran diversifikasi pangan dalam berbagai kesempatan.
“Penganekaragaman pangan adalah bagian dari strategi ketahanan pangan nasional. Dengan memaksimalkan potensi pangan lokal, kita tidak hanya membangun kedaulatan pangan, tetapi juga menyiapkan warisan berharga bagi generasi mendatang,” tuturnya.