Senin, Agustus 18, 2025

Pasar Beringharjo: Denyut Ekonomi dan Jejak Sejarah Yogyakarta

Share

PanenTalks, Yogyakarta – Pasar Beringharjo bukan sekadar pusat transaksi, melainkan jantung ekonomi yang tak terpisahkan dari kawasan Malioboro. Keberadaannya, yang telah menjadi denyut kehidupan selama ratusan tahun, memiliki makna filosofis mendalam bagi warga Yogyakarta.

Tak heran jika pasar ini telah ditetapkan sebagai cagar budaya nasional sejak tahun 2011 (SK Menteri No. PM.89/PW.007/ MKP/2011).

Berlokasi strategis di ujung selatan Jalan Malioboro, tepatnya di Jalan Pabringan No. 1, Pasar Beringharjo menjadi titik vital bagi roda perekonomian masyarakat Yogyakarta. Kedekatannya dengan Benteng Vredeburg dan Taman Budaya juga menjadikan pasar ini destinasi favorit bagi wisatawan yang ingin berburu oleh-oleh dan menjajal kuliner khas.

Sejarah Panjang Pasar Beringharjo

Dahulu kala, wilayah Pasar Beringharjo merupakan hutan beringin lebat. Mengutip buku “Kuliner Yogyakarta Pantas Dikenang Sepanjang Masa” karya Murdijati, area ini mulai menjadi sentra kegiatan ekonomi setelah berdirinya Kesultanan Ngayogyakarta pada tahun 1758.

Ratusan tahun berselang, Keraton Yogyakarta mengambil inisiatif membangun pasar di lokasi tersebut. Pada 24 Maret 1925, Nederlansch Indisch Beton Maatschappij (Perusahaan Beton India Belanda) ditugaskan untuk membangun 11 kios dan los pasar. Hingga akhir Agustus 1925, pembangunan 11 kios tersebut rampung, menjadikannya pasar tertua di Yogyakarta.

Nama “Beringharjo” secara resmi disematkan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono VIII pada 24 Maret 1929. Keputusan ini diambil seiring dengan instruksi beliau agar seluruh instansi di bawah Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat menggunakan bahasa Jawa.

Pemilihan nama “Beringharjo” tidak lepas dari sejarah wilayah yang dulunya merupakan hutan beringin (bering). Sementara itu, kata harjo memiliki arti kesejahteraan. Dengan demikian, nama Beringharjo mengandung harapan agar pasar ini senantiasa membawa kesejahteraan bagi banyak orang. Selain itu, pohon beringin sendiri melambangkan kebesaran dan pengayoman.

Pasar Beringharjo di tahun 1950-an. (dok:arsipjogjaprov)

Pasar Beringharjo menjadi salah satu pasar terlengkap di Yogyakarta. Pengunjung dapat menemukan berbagai produk di Pasar Beringharjo mulai dari berbagai jenis kain batik, pakaian tradisional dan modern, kerajinan tangan, kuliner khas Jogja dan nusantara serta oleh-oleh khas Yogyakarta.

Barang kebutuhan pokok sehari-hari, seperti beras, daging, dan sayuran pun tersedia di pasar ini. Soal harga, pasar ini cukup bersaing, bahkan ada beberapa produk yang terbillang murah.

Pasar Beringharjo bukan hanya tempat belanja, tetapi juga situs sejarah yang kaya dengan budaya Jawa. Bangunan pasar yang masih mempertahankan arsitektur kolonial menambah nilai sejarah dan estetika pasar ini. Pengunjung dapat merasakan suasana pasar tradisional yang autentik, sambil belajar tentang sejarah dan budaya Yogyakarta.

Pasar ini sering menjadi tempat berlangsungnya berbagai acara budaya dan kesenian, seperti pertunjukan wayang kulit, tari tradisional, dan pameran seni.

Suasana di Pasar Beringharjo sangat khas dengan nuansa tradisional yang kental. Pedagang yang ramah dan suasana pasar yang bersih membuat pengunjung betah berada di dalam pasar.

Dari segi keamanan Pasar Beringharjo dilengkapi dengan sistem keamanan yang baik. Terdapat petugas keamanan yang berpatroli secara rutin untuk memastikan keamanan dan kenyamanan pengunjung selama berada di pasar. Selain itu, CCTV juga dipasang di beberapa titik strategis untuk memantau aktivitas di dalam pasar. (*)

Editor: Rahmat

Read more

Local News