PanenTalks, Badung – Problem perilaku, regulasi emosi, dan krisis identitas pada siswa menjadi sorotan utama dalam pelatihan Literasi Kesehatan Mental yang digelar di Kuta, Badung, pada Sabtu (27/9/2025).
Sekitar 100 guru Sekolah Dasar (SD) se-Kabupaten Badung mengikuti pelatihan yang merupakan kolaborasi Dinas Pendidikan Kabupaten Badung, Asosiasi Pemerintah Kabupaten se-Indonesia (Apkasi), dan Yayasan Adiluhung Nusantara.
Ratna Nurwindasari, M.Psi, psikolog dari Biro Psikologi Ruang Maya, yang menjadi pemateri, mengungkapkan rata-rata persoalan yang dihadapi para guru di lapangan terkait erat dengan problem perilaku siswa.
“Ternyata itu kan bisa dijelaskan dari tahapan perkembangan. Kenapa kok anak yang dulunya nurut, tiba-tiba sekarang masuk remaja jadi berani memberontak, berani melawan, itu tadi sudah dijelaskan,” ungkap Ratna, menekankan pentingnya pemahaman Psikologi Perkembangan bagi para pendidik.Isu Regulasi Emosi dan Krisis Identitas.
Dalam paparannya, Ratna menyoroti beberapa kasus perilaku spesifik yang dialami siswa, yang mengindikasikan adanya masalah dalam regulasi emosi yang tidak sehat. Salah satu kasus yang dibahas adalah tindakan ‘self-harm’ atau menyakiti diri sendiri, seperti menyayat tangan.
“Tadi ada guru yang cerita ada siswanya yang seperti itu. Jadi kita bahas juga terkait dengan itu. Itu ada problem di regulasi emosi yang tidak baik, yang tidak sehat. Jadi dia meregulasi emosinya dengan cara menyayat tangannya,” jelasnya.
Selain itu, problem perilaku pada remaja juga seringkali terkait dengan pencarian identitas.
Ratna menyebutkan adanya kecenderungan remaja yang lebih menuruti teman sebaya dibandingkan dengan guru, sebuah isu yang turut dibahas mendalam dalam sesi tersebut.
Fenomena “Anak Tak Mau Bicara” di Sekolah yang tak kalah menarik perhatian adalah pengakuan guru tentang adanya siswa yang sama sekali tidak mau berbicara di lingkungan sekolah.
Ratna menjelaskan, meski ia tidak melakukan diagnosa, kondisi psikologis ini dikenal sebagai ‘selective mutism’ dalam dunia psikologi.”Memang ada kondisi psikologis yang membuat anak tidak mau bicara, bukan tidak bisa bicara ya, tapi tidak mau ngomong, tidak mau bicara,” terang Ratna.
Melalui pelatihan ini, diharapkan para guru SD di Badung dapat memiliki bekal literasi kesehatan mental yang memadai untuk mengenali, memahami, dan menyikapi berbagai problem perilaku siswa, mulai dari pemberontakan, masalah emosi, hingga kondisi psikologis kompleks seperti selective mutism.(*)