PanenTalks, Jakarta – Hutan hujan tropis Indonesia memiliki kekayaan biodiversitas belum tereksplorasi maksimal. Padahal, keberadaan ini menawarkan peluang untuk riset ilmiah.
Kepala Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Arif Nurkanto mengatakan, tujuan program ekspedisi dan penelitian keanekaragaman hayati hutan hujan tropis.
“Berfokus pada riset biosistematika, evolusi, dan ekologi,” kata dia mengutip laman brin.go.id.
Dia melanjutkan, kegiatan ini juga untuk membangun dan memperkuat kapasitas SDM ilmuwan. Terkhusus peneliti bidang taksonomi kini keberadaannya di Indonesia semakin sedikit.
Dia rmenjelaskan, ekspedisi terbagi menjadi dua batch. Batch 1 tahun 2025-2027 berlokasi di Kalimantan Barat dan Sumatra. Sedangkan, batch 2 tahun 2028-2030 di Wallacea area sebagai hot spot megabiodiversity area di Indonesia.
“Program ekspedisi ini menurutnya erat kaitannya dengan agenda nasional, regional, dan global,” terang dia.
Dia melanjutkan, mewujudkan kehidupan selaras dengan alam untuk memastikan keberlanjutan semua bentuk kehidupan di Indonesia melalui konservasi, pemanfaatan berkelanjutan, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Selain itu selaras juga dengan agenda ASEAN tercantum dalam dokumen ASEAN Biodiversity Plan bertujuan untuk meningkatkan koordinasi. Di antara negara anggota ASEAN dalam upaya konservasi, pengelolaan berkelanjutan, dan pemanfaatan keanekaragaman hayati serta pembagian manfaat adil dari pemanfaatan sumber daya hayati kaya di kawasan ASEAN.
Secara global, program ini untuk memenuhi target Kunming-Montreal Global Biodiversity Framework tahun 2050. Keanekaragaman hayati berharga, lestari, pulih dan bermanfaat.
Arif menjelaskan, persiapan Ekspedisi batch 1 melibatkan Kementerian Kehutanan dengan beberapa taman nasional seperti TN Betung Kerihun dan TN Danau Sentarum serta Universitas Tanjungpura dan Universitas Indonesia.
“Topik penelitian dalam ekspedisi ini dibagi menjadi tiga klaster taksa,” kata dia. Meliputi flora, fauna, dan mikroorganisma.
Dia menyebutkan, target pada ekspedisi batch 1 ini per tahunnya. Meliputi 20 publikasi ilmiah internasional, penyimpanan 5000 spesimen koleksi di National repository di BRIN, 35 spesies baru (new spesies) atau koleksi baru (new record). (*)