PanenTalks, Jakarta – Pemerintah kembali memperkuat strategi mobilisasi stok jagung dari Nusa Tenggara Barat (NTB) yang surplus produksi. Langkah ini merupakan tindak lanjut dari Rapat Koordinasi Percepatan Cadangan Jagung Pemerintah (CJP) yang diselenggarakan Badan Pangan Nasional (NFA) pada Selasa 15 April lalu.
Upaya ini bertujuan untuk mengatasi fluktuasi harga jagung pipilan kering di tingkat petani sekaligus memenuhi kebutuhan, terutama dari sektor perunggasan.
Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan NFA, I Gusti Ketut Astawa, dalam Rapat Koordinasi Distribusi Jagung secara daring pada Sabtu (19/4/2025), menekankan pentingnya antisipasi panen raya jagung di NTB yang diperkirakan berlangsung hingga akhir April atau Mei.
“Salah satu yang perlu diperkuat adalah jaringan transportasi lautnya, dalam bagaimana mobilisasi jagung dari NTB ke luar NTB,” ujarnya.
Lebih lanjut, Ketut Astawa berharap mobilisasi jagung dari NTB ke luar daerah dapat berjalan lancar dengan dukungan tol laut.
“Dengan tol laut mesti juga mendukung hasil panen, sehingga manfaatnya dapat dirasakan oleh petani. Ini yang kita pastikan bersama pemerintah daerah dan pengelola pelabuhan hari ini,” imbuhnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), luas panen jagung pipilan di NTB pada periode Januari-Mei 2025 diproyeksikan mencapai 105,2 ribu hektare, meningkat 14 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (92,3 ribu hektare). NTB tercatat sebagai produsen jagung nasional terbesar ketiga.
Estimasi produksi jagung pipilan kering dengan kadar air 28 persen di NTB pada periode yang sama diperkirakan mencapai 1,004 juta ton, atau setara dengan 742,9 ribu ton dengan kadar air 14 persen.
Target serapan jagung untuk CJP oleh Perum Bulog di NTB ditetapkan sebesar 78 ribu ton. Oleh karena itu, NFA mendorong peran aktif sektor swasta, khususnya pelaku usaha perunggasan, untuk menyerap dan memobilisasi hasil produksi jagung ke luar NTB, seperti Jawa Timur.
NFA mengapresiasi langkah cepat Pemerintah Provinsi NTB dan seluruh Kepala Daerah dalam mengedukasi petani agar tidak panen sebelum usia 115 hari, membantu identifikasi gudang untuk Bulog, serta berkomitmen melancarkan jalur transportasi di pelabuhan Pulau Sumbawa dan Lombok.
Pantauan Panel Harga Pangan NFA per 18 April 2025 menunjukkan rerata harga jagung pipilan kering di tingkat produsen NTB sebesar Rp 4.222 per kilogram. Harga terendah tercatat di Bima (Rp 4.000/kg), diikuti Dompu (Rp 4.200/kg), Lombok Timur (Rp 4.400/kg), dan Sumbawa (Rp 4.467/kg).
Direktur Distribusi dan Cadangan Pangan NFA, Rachmi Widiriani, memastikan PT Pelindo siap mempercepat waktu bongkar muat pengiriman jagung dari NTB. Pemerintah juga berupaya mengatasi kendala antrean pengiriman di beberapa pelabuhan dengan memastikan kelengkapan dokumen sebelum jagung tiba di pelabuhan.
“Perlu dilakukan percepatan distribusi jagung dari NTB keluar. Kemudian mengefisienkan biaya distribusi agar harga jagung tetap memberikan keuntungan bagi petani dan dapat dibeli oleh para pelaku usaha di Pulau Jawa untuk digunakan sebagai bahan baku pakan ternak. Kemudian Bulog juga punya CJP,” jelas Rachmi.
Rachmi menambahkan, rancangan Instruksi Presiden (Inpres) terkait penyerapan produksi jagung dalam negeri saat ini sedang dalam proses pengesahan di Kementerian Sekretariat Negara.
Diharapkan, Inpres ini akan semakin memacu daya serap dan memperkuat komitmen pemerintah dalam mendukung petani jagung.
Kepala NFA, Arief Prasetyo Adi, sebelumnya menjelaskan langkah strategis NFA dalam membantu petani jagung, termasuk mengumpulkan pelaku usaha terkait jagung dan memastikan kebutuhan serta kapasitas penyerapan dari industri pakan ternak.
“Jadi ini memang harus melibatkan multisektor,” pungkasnya. (*)