Minggu, Juli 27, 2025

Pemilahan Sampah Sebelum Masuk Depo, Volume Berkurang!

Share

PanenTalks, Yogyakarta – Pemkot Yogyakarta terus melakukan terobosan dalam mengatasi masalah sampah. Salah satunya dengan memaksimalkan pemilahan sampah sebelum masuk ke Depo.

Dalam sepekan terakhir, Pemkot telah melakukan uji coba pemilahan sampah di empat depo. Depo Mandala Krida, Lapangan Karang, THR Purawisata Jalan Brigjen Katamso, dan Depo Kotabaru di Selatan Kantor RRI Yogyakarta.

Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo menyatakan, empat titik Depo tersebut mencakup 21 kelurahan.

“Uji coba pemilahan sampah di Depo untuk menekan volume sampah yang akan dikirim ke Unit Pengelolaan Sampah (UPS). Dengan mengerahkan pemilah, melalui metode padat karya, nanti kita lihat seperti apa penurunan sampahnya,” ujarnya pada Senin (21/7).

Pemkot Yogyakarta juga terus mengedukasi masyarakat agar memilah sampah. Salah satu contoh konkret bahwa pemilahan sampah dapat menekan volume sampah sebelum ke Depo adalah Kemantren Pakualaman.

“Memilahnya berbasis rumah tangga, sejak di tingkat keluarga, penggerobak tidak mau mengambil kalau belum terpilah. Hasilnya yang biasanya 8 ton per hari untuk satu wilayah kemantren, sekarang bisa berkurang drastis menjadi 2,5 sampai 3 ton saja per hari,” imbuhnya.

Dampak Besar Penurunan Jumlah

Plt Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta, Agus Tri Haryono menjelaskan sampah di Kota Yogyakarta per hari mencapai 250 sampai 260 ton. Dengan kemampuan mengolah di angka 190 sampai 200 ton, maka memerlukan upaya pengurangan sampah di hulu atau sumbernya. Jumlahnya sekitar 60 sampai 70 ton per hari.

“Strategi pengurangan sampah dengan melakukan pemilahan lanjutan di Depo. Nanti sampah residu ke UPS, anorganik ke Bank Sampah Induk dan organik ke offtaker. Hasilnya di Depo Mandala Krida, Lapangan Karang dan THR Purawisata per hari volume sampah yang ada di UPS turun berkisar antara 0,7 sampai 1 ton,” jelasnya.

Kemudian hasil uji coba pemilahan oleh penggerobak di Depo Kotabaru, lanjut Agus, berdampak lebih besar pada pengurangan sampah yang berangkat ke UPS. Dengan jumlah berkisar 1 sampai 1,3 ton per hari.

“Strategi ini lebih bisa menekan volume sampah yang di UPS, jika sampah yang ada di penggerobak ke Depo sudah terpilah. Apalagi ketika dari tingkat rumah tangga sudah terpilah, tidak ada barang plastik dan kaca yang masuk ke Depo,” kata dia.

Agus juga menerangkan, penyaluran sampah anorganik terpilah bernilai ekonomis dilakukan melalui bank sampah unit di setiap RW atau mitra daur ulang lainnya. Sedangkan yang tidak punya nilai ekonomis akan naik ke gerobak sebelum berangkat ke Depo sesuai jadwal dengan menggunakan kantong hitam.

“Pengolahan sampah organik menggunakan metode komposting baik ember tumpuk, losida, biopori. Apabila tidak memilki lahan pengolahan akan dibawa penggerobak secara terpisah menggunakan plastik putih atau bening. Juga harus memisah sampah sisa makanan atau basah, serta sampah non makanan atau kering,” tambahnya. (*)

Table of contents [hide]

Read more

Local News