Senin, Juli 28, 2025

Pemkab Buleleng dan Bank Indonesia Perkuat Ketahanan Pangan

Share

PanenTalks, Denpasar – Pemerintah Kabupaten Buleleng bersama Bank Indonesia (BI) terus memperkuat sinergi dalam upaya menjaga ketahanan pangan dan menekan laju inflasi di daerah.

Kolaborasi ini diwujudkan melalui High Level Meeting (HLM) Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kabupaten Buleleng yang diselenggarakan Jumat, 25 Juli 2025, di Kantor Bupati Buleleng. Pertemuan strategis ini berfokus pada evaluasi perkembangan inflasi dan pemetaan risiko ke depan, dengan penekanan khusus pada isu produktivitas pertanian.

Bupati Buleleng, I Nyoman Sutjidra, secara resmi membuka acara dan menekankan pentingnya sinergi TPID yang telah berhasil menjaga inflasi dalam rentang sasaran hingga pertengahan tahun 2025.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Erwin Soeriadimadja, menjadi narasumber utama, memaparkan analisis inflasi, potensi risiko, dan rekomendasi langkah-langkah pengendalian.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Buleleng, pada Juni 2025, inflasi di Singaraja tercatat sebesar 0,37% secara bulanan (mtm) dan 2,79% secara tahunan (yoy). Komoditas yang menjadi penyumbang utama inflasi bulanan antara lain cabai rawit, tomat, dan sawi hijau, sementara beras dan daging babi berkontribusi pada inflasi tahunan. Meskipun demikian, terdapat potensi penurunan inflasi berkat tambahan pasokan bawang merah dari NTB dan Bali, percepatan distribusi MinyaKita, serta akselerasi penyaluran beras SPHP.

Kepala Perwakilan BI Provinsi Bali menjelaskan bahwa capaian inflasi di Buleleng masih berada dalam kisaran target inflasi nasional, yaitu 2,5% ± 1%. Namun, terdapat sejumlah risiko ke depan yang berpotensi mendorong tekanan inflasi.

Faktor alam, seperti fenomena kemarau basah, dapat meningkatkan risiko serangan hama dan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT), yang pada gilirannya akan mengganggu produktivitas pertanian.

Faktor musiman, seperti peningkatan kunjungan wisatawan mancanegara selama liburan musim panas, juga diperkirakan akan mendorong permintaan bahan pangan dan barang konsumsi. Selain itu, kenaikan biaya pendidikan dan harga emas global akibat ketidakpastian geopolitik turut menjadi perhatian.

Secara struktural, sektor pertanian di Buleleng menghadapi tantangan dominasi tenaga kerja lanjut usia, yang berdampak pada penurunan produktivitas. Oleh karena itu, regenerasi petani menjadi strategi jangka panjang yang krusial untuk memperkuat ketahanan pangan dan menjaga stabilitas harga.

Merespon berbagai tantangan ini, HLM TPID Buleleng menyepakati penguatan implementasi strategi 4K (Keterjangkauan Harga, Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi, dan Komunikasi Efektif).

Langkah-langkah konkret yang akan dilakukan meliputi operasi pasar, peningkatan produktivitas pertanian, diversifikasi pangan, dan Kerjasama Antar Daerah (KAD).

Peningkatan produktivitas pertanian dianggap sangat penting mengingat proyeksi pertumbuhan penduduk yang diperkirakan akan melampaui laju produksi pangan di masa depan. Penerapan mekanisasi pertanian dan pengembangan hilirisasi hasil panen petani menjadi rekomendasi utama dalam upaya ini.

Sebagai wujud komitmen nyata, Bank Indonesia memberikan dukungan sarana dan prasarana kepada tiga kelompok tani di Buleleng. Bantuan tersebut meliputi:

Alat mekanisasi pertanian berupa traktor dan alat hilirisasi sorgum kepada Kelompok Wanita Tani (KWT) Tulus Bakti.

Mesin transplanter kepada Subak Anyar Panglatan untuk mendukung mekanisasi penanaman padi.

Drone pertanian untuk penyiraman dan pemupukan kepada Subak Blumbang sebagai upaya mitigasi serangan OPT, terutama pada musim kemarau basah.

Melalui sinergi dan kolaborasi strategis ini, diharapkan produktivitas pertanian di Kabupaten Buleleng dapat terus meningkat secara berkelanjutan, sehingga mampu memperkuat ketahanan pangan dan memberdayakan petani menuju kesejahteraan yang lebih baik. (*)

Read more

Local News