Jumat, Juni 13, 2025

Pemkab Rembang Kenalkan Transplater Solusi Atasi Keterbatasan Petani

Share

PanenTalks, Rembang – Pemerintah Kabupaten Rembang memperkenalkan alat tanam transplater sebagai solusi di tengah keterbatasan tenaga kerja terlebih musim tanam.

“Mekanisme pertanian perlu diterapkan seiring perkembangan teknologi,” ungkap Kepala Dinas Pertanian dan Pangan (Dintanpan) Kabupaten Rembang, Agus Iwan, dilansir dari laman jateng.prov.go.id, Rabu 16 April 2025.

Upaya ini, lanjut dia, mendorong petani memaksimalkan mekanisasi pertanian untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Selain memaksimalkan hasil panen, penggunaan alat dan mesin pertanian juga dapat menekan biaya produksi petani.

“Dengan kebijakan sekarang ini, pertanian selain kemampuan produksi juga diharapkan dapat mencapai efisiensi biaya, sehingga bisa bersaing di harga pasar. Salah satu cara untuk memastikan efisiensi adalah dengan mekanisasi,” kata Iwan.

Dicontohkan, penggunaan mesin combine harvester untuk panen padi dinilai mampu menghemat biaya hampir 50 persen jika dibandingkan dengan tenaga manusia. Efisiensi ini diyakini berdampak langsung pada peningkatan margin keuntungan petani.

“Sebagian besar petani di Rembang telah mulai memanfaatkan mesin panen. Namun, penggunaan alat tanam padi masih tergolong minim. Hal ini menyebabkan antrean tenaga tanam, saat musim tanam tiba,” terang dia.

Kabupaten Rembang, kata dia, sangat bergantung pada curah hujan jika harus menunggu antrean tenaga tanam dan terkendala sering terlambat. “Ini yang kita kejar,” terangnya.

Sebagai solusi, imbuh Iwan, pihaknya memperkenalkan alat tanam transplanter sederhana kepada petani di Desa Ngotet, Kecamatan Rembang. Alat ini diharapkan dapat membantu percepatan tanam saat tenaga kerja terbatas.

Pihaknya akan mengusahakan pengadaan sekitar 20 hingga 30 unit transplanter pada tahap awal. Alat ini sementara diprioritaskan untuk wilayah lahan tadah hujan, seperti Kecamatan Kaliori dan Sumber.

“Kemarin waktu diperkenalkan, harga transplanter sederhana sekitar Rp25 juta. Tapi harapan kami, setelah diproduksi massal, harganya bisa di bawah Rp25 juta, sehingga lebih terjangkau,” tegas dia. (*)

Read more

Local News