Jumat, September 5, 2025

Pemkot Semarang Miliki Layanan Satu Atap Penanganan TBC

Share

PanenTalks, Semarang – Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang memiliki layanan satu atap Studi Pra-Pilot Tuberkulosis (TBC) sebagai salah satu upaya mempercepat penanganan penyakit tersebut.

Wali Kota Semarang, Agustina Wilujeng mengatakan, program ini merupakan bagian dari upaya nasional untuk mempercepat eliminasi TBC di Indonesia, dengan target bebas TBC pada tahun 2030.

“Kota Semarang menargetkan capaian lebih cepat, yakni eliminasi TBC di tahun 2028,” kata dia, saat peluncuran Studi Pra-Pilot Layanan Satu Atap (One Stop Service/OSS) Tuberkulosis di Puskesmas Bangetayu.

TBC, kata dia, masih menjadi tantangan besar di Indonesia menempati urutan kedua tertinggi di dunia setelah India dan Tiongkok.

“Di Kota Semarang jumlah kasus TBC hingga pekan ini tercatat sebanyak 3.698 kasus,” kata dia.

Pihaknya memperkuat layanan kesehatan primer agar warga dapat terdeteksi lebih dini, mendapatkan pengobatan lebih cepat, dan memutus rantai penularan.

Studi pra-pilot OSS TBC mulai Agustus hingga Desember 2025 di dua kota, yakni Semarang dan Bogor. Di Semarang, layanan ini hadir di tiga Puskesmas, yaitu Puskesmas Bangetayu, Ngaliyan, dan Gunungpati. Targetnya 10.000 peserta Cek Kesehatan Gratis Plus (CKG Plus).

Dia melanjutkan, warga akan mendapatkan layanan inovatif melalui program ini. Tes Cepat Molekuler menggunakan usap dahak atau usap lidah. Hasil pemeriksaan hanya dalam hitungan menit. Kedua, rontgen pintar berbasis kecerdasan buatan (AI), mampu membaca foto toraks secara otomatis untuk mendeteksi kelainan paru.

Semua layanan tersedia di satu Puskesmas tanpa rujukan, sehingga pasien langsung mendapatkan pelayanan komprehensif dan gratis.

“Ini yang kami sebut layanan kesehatan modern, cepat, mudah, dan gratis,” kata dia.

Masyarakat cukup sekali datang ke Puskesmas bisa mendapatkan pemeriksaan lengkap tanpa harus berpindah tempat. Sebelumnya, Puskesmas Ngaliyan, dan Puskesmas Gunung Pati.

Wali Kota Semarang, Agustina Wilujeng berharap studi pra-pilot ini bisa menjadi contoh baik bagi daerah lain di Indonesia.

“Kami ingin Semarang menjadi model kota yang tangguh dalam penanggulangan TBC,” kata dia.

Dia mengaku optimis bisa mengeliminasi TBC di Kota Semarang tahun 20228 bisa terwujud. Dukungan sinergi pemerintah pusat, daerah, perguruan tinggi, tenaga kesehatan serta mitra internasional.

Studi ini tidak hanya menguji efektivitas alat diagnostik dan alur layanan, tetapi juga menilai kesiapan tenaga kesehatan, logistik, integrasi data hingga efisiensi biaya. Hasil penelitian akan menjadi masukan penting bagi kebijakan nasional eliminasi TBC.

“Melalui langkah ini, kami ingin menunjukkan bahwa riset kesehatan dapat langsung diterjemahkan ke dalam praktik dan kebijakan publik yang berdampak nyata,” kata dia. (*)

Read more

Local News