PanenTalks, Yogyakarta – Pemerintah Kota Yogyakarta terus menunjukkan komitmennya dalam meningkatkan kualitas hidup warganya. Kali ini, Program Perbaikan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) menyentuh tiga keluarga yang selama ini hidup dalam kondisi memprihatinkan.
Ketiga rumah yang akan direvitalisasi berada di lokasi berbeda namun dengan satu persamaan: kondisi yang jauh dari kata layak. Di Kampung Sapen RT 28 RW 08 Demangan, Gondokusuman, rumah milik Sulastri menanti sentuhan perbaikan.
Tak jauh berbeda, di Kampung Cokrodiningratan, Jetis, rumah Yulianti juga akan segera bertransformasi. Terakhir, rumah Slamet Widodo di Kampung Karanganyar RT 84 RW 19 Brontokusuman, Mergangsan, turut menjadi sasaran program mulia ini.

Potret pilu ketiga rumah tersebut menjadi alasan kuat program ini digulirkan. Selain kotor dan berbau tak sedap, beberapa bagian bangunan rumah, mulai dari atap, kamar mandi, hingga dapur, bahkan nyaris roboh, mengancam keselamatan penghuninya setiap saat. Dengan adanya program RTLH ini, harapan akan hunian yang aman, nyaman, dan sehat kini terbuka lebar bagi mereka.
Sinergi antara Pemkot Yogyakarta, korporasi, warga, dan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) yang memungkinkan program ini terus bisa berlanjut. Wali Kota Yogya, Hasto Wardoyo menyebut program kali ini mendapatkan bantuan dana dari Bank BPD DIY dan Perumda PDAM Tirtamarta melalui bantuan Tanggung jawab Sosial Lingkungan Perusahaan (TSLP).
“Pada program ini Bank BPD DIY menggelontorkan dana sebesar Rp 20.000.000 untuk rumah milik Ibu Sulastri dan rumah Slamet Widodo. Sedangkan PDAM Tirtramarta dengan nominal yang sama untuk perbaikan rumah milik Ibu Yulanti,” katanya, Sabtu (28/6).
Hasto yang ikut menyumbangkan 20 sak semen untuk masing-masing rumah tersebut menargetkan akan menyelesaikan permasalahan RTLH pada lima tahun masa jabatannya. “Selama masa kepemimpinan saya dan Wakil Wali Kota Yogya, Wawan Harmawan kami berkomitmen untuk menyelesaikan permasalahan RTLH yang tersebar di Kota Yogya,” jelasnya.
Hasto mengungkapkan program bedah rumah tersebut juga sebagai upaya meningkatkan kesehatan masyarakat. Menurutnya kebersihan tempat tinggal sangat berpengaruh pada peningkatan kualitas kesehatan.
“Kalau rumah kumuh dan kotor maka akan menimbulkan masalah kebersihan dan berdampak pada potensi penyakit yang bisa menyebar ke lingkungan sekitarnya. Seperti beberapa waktu lalu ada warga Ngadiwinatan yang terkena leptospirosis. Saya tidak ingin kejadian ini terjadi di tempat lain,” tegasnya.
Untuk itu Hasto meminta berbagai pihak untuk bergotong royong untuk membantu dan mempercepat menyelesaikan permasalahan tersebut.
Kepada para penerima bantuan Hasto berpesan agar rumah yang telah direnovasi harus dirawat dengan sebaik mungkin. “Setelah rumahnya direnovasi harus ditempati dan dirawat, jangan malah dikontrakan atau rumahnya dijual,” bebernya.

Sementara itu Sulastri mengaku bersyukur karena rumah miliknya yang sudah rusak cukup parah akan segera diperbaiki. “Senang sekali, karena akhirnya rumah saya bisa direnovasi. Rusaknya memang cukup parah, sudah lama, terutama di dinding dan atap, kalau hujan bocor,” pungkasnya.
Sama halnya dengan Sulastri, Yulianti juga mengungkapkan rasa lega karena rumahnya yang sebelumnya tidak layak huni, kini akan menjadi lebih aman dan nyaman.
“Alhamdulillah, bantuan ini sangat bermanfaat untuk kami. Kami merasa sangat terbantu dengan adanya program ini. Kami sangat bersyukur sekali,” ungkapnya. (*)
Editor: Rahmat