PanenTalks, Semarang – Pemerintah Provinsi Jawa Tengah diminta memberikan insentif agar beternak menjadi sumber penghasilan menguntungkan. Hal ini lantaran minat beternak di masyarakat khususnya generasi muda dinilai menurun.
“Anak muda dan lulusan sarjana tidak banyak mau beternak,” ungkap Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Jawa Tengah, Sumanto, Senin 21 April 2025.
Berdasarkan data, lanjut dia, potensi hasil peternakan di Provinsi Jawa Tengah cukup tinggi dan hanya kalah dengan Jawa Timur. Hal yang perlu diperhatikan saat ini adalah menumbuhkan kemauan orang untuk beternak.
Sumanto mengatakan, minat masyarakat beternak semakin turun. Terlebih, Sekolah Menengah Kejuruan atau SMK sudah tidak lagi membuka jurusan peternakan maupun pertanian.
“Mereka lebih senang menjadi pegawai negeri, atau bekerja di perusahaan karena gajinya minimal UMR,” kata Sumanto, belum lama ini.
Potensi beternak tersebut, kata Sumanto, akan semakin turun terlebih kini masyarakat sudah semakin mengikuti sistem kapitalisme.
Dia mendorong pemerintah untuk memberikan insentif cukup kepada para peternak untuk menyikapi hal ini, Beternak harus menghasilkan pendapatan cukup sehingga setimpal dengan modal para peternak keluarkan.
“Minimal penghasilannya setara UMR sehingga para peternak ini ‘cucuk’,” ungkapnya.
Menurut Sumanto, potensi besar sektor pertanian dan peternakan di Jawa Tengah mampu menopang visi-misi Presiden dalam mewujudkan swasembada pangan nasional.
Lebih lanjut, ia juga menyoroti kurangnya peran pemerintah dalam penanganan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) tahap kedua beberapa waktu lalu. Wabah PMK melanda hewan ternak belum lama ini dinilai jauh lebih ganas dibanding sebelumnya.
Sejumlah peternak mengeluhkan minimnya respons dan dukungan dari pemerintah, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten, termasuk dalam hal pengadaan anggaran vaksin. Akibatnya, banyak sapi yang tidak tertolong dan mati. (*)