PanenTalks, Semarang – Pemerintah Provinsi Jawa Tengah menggandeng gandeng Zurich Foundation untuk membuat proyek pengelolaan model kawasan pesisir Pantura berketahanan iklim.
Direktur Eksekutif MCI, Ade Soekadis mengungkapkan, proyek jangka panjang membangun ketahanan iklim hingga 2035 itu menyasar wilayah hulu dan hilir.
“Mulai dari Kota Pekalongan, Kabupaten Pekalongan, Kota Semarang, Kota Salatiga, Kabupaten Demak, dan Kabupaten Grobogan,” kata dia, Senin 5 April 2025.
Dalam pandangannya, Jateng merupakan daerah unik. Di Kabupaten Brebes-Jepara banyak desa tenggelam karena mengalami dampak penurunan muka tanah. Selain itu, di hilir terjadi rob dan banjir bandang karena sebagian area mengalami genangan permanen.
“Penurunan muka tanah atau land subsidence di Pantura Jateng pemicu abrasi menjadi isu penting skala global. Maka perlu pengelolaan model kawasan pesisir terpadu yang berketahanan iklim. Proyek ini dilakukan dengan tiga pendekatan,” kata dia.
Dia menyebutkan, memperkuat kebijakan global dan nasional terkait banjir di pesisir dan genangan pesisir permanen. Lalu, mendorong pembangunan berketahanan iklim efektif di tingkat nasional serta memberdayakan masyarakat terdampak banjir di Pantura Jateng.
“Pekerjaan akan fokus untuk membuat mata pencaharian alternatif di wilayah terdampak abrasi. Contoh di Pekalongan, telah membuat percontohan permodelan keramba apung pada sektor perikanan di lahan abrasi,” terang dia.
Dia menyebutkan, keramba apung bisa adaptasi naik turunnya pasang surut air laut. Pendekatan lain di Semarang, atau Demak bisa berbeda. Pihaknya akan mencari mata pencaharian adaptif dan berkelanjutan supaya masyarakat tetap bisa mencari pemasukan secara ekonomi.
Kemudian pendekatan ketahanan iklim di wilayah hulu, yakni memberi solusi pertanian yang mengutamakan konservasi lahan. Di antaranya menggunakan pupuk organik, dan menambahkan tanaman yang akarnya bisa menahan potensi tanah longsor, dan banjir bandang.
Dia mencontohkan pemberdayaan petani itu telah dilakukan di Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan. Petani didorong melakukan budidaya tanaman lebih konservatif sehingga tak berikan dampak buruk terhadap lingkungan.
Wakil Gubernur Jateng, Taj Yasin Maimoen mengharapkan, hal itu akan menjadi bukti nyata dalam membuat pengelolaan kawasan pesisir terpadu berketahanan iklim.
“Selaras dengan program infrastruktur, Pemprov Jateng akan kolaborasi dengan pemerintah pusat, kabupaten/kota. Dari pusat kebawah harus sinkron. Seperti (banjir dan rob) di Kabupaten Demak itu perlu pemikiran intens,” katanya.
Pemprov Jateng, kata dia, telah menggandeng Universitas Diponegoro untuk proyek penyediaan air bersih di wilayah pesisir Pantura dengan program desalinasi.
Proyek lain sedang dirumuskan yakni pembuatan rumah apung. Ini untuk memfasilitasi masyarakat yang tak ingin pindah dari rumahnya dihantam abrasi. (*)