PanenTalks, Jakarta- Penggunaan pestisida mengantongi peran penting dalam mempertahankan produktivitas pertanian sebagai upaya ketahanan pangan. Di lain sisi, pengaplikasian pestisida berpengaruh dalam pencemaran di lahan pertanian tersebut.
Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Hortikultura Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Elisabeth Srihayu Harsanti mengungkapkan, pestisida hanya 20 persen saja tepat sasaran.
Sedangkan, sisanya 80 persen masuk ke dalam tanah dan bercampur dengan humus.
“Akumulasi residu mengakibatkan pencemaran lahan sehingga upaya pemulihan atau remediasi tanah tercemar residu pestisida agar kembali sehat,” ungkap dia seperti mengutip laman brin.go.id.
Beberapa cara minimalisir cemaran residu pestisida seperti melakukan praktek pertanian secara baik. Lalu, implementasi konsep pertanian ramah lingkungan berkelanjutan dan melakukan remediasi lahan tercemar residu pestisida.
“Ada juga beberapa teknologi penurun cemaran residu pestisida sudah pernah para Peneliti Lingkungan Pertanian untuk remediasi,” kata dia.
Seperti kompos, biochar kompos, urea berlapis arang aktif (AA), urea berlapis arang aktif zeolite, urea berlapis arang aktif kaya mikroba Bacillus aryabhattai, FIO filter inlet outlet, urea berlapis AA /biochar kaya mikroba konsorsia, biopestisida.
“Ada potensi bahwa bokashi kering, kompos kering, arang aktif sekam dan arang aktif tempurung kelapa itu mampu menurunkan residu insektisida aldrin, lindan, heptaklor, dan klorpirifos dalam air hingga 100% pada skala laboratorium,” kata dia.
Selain itu, lanjut dia, pupuk kompos kohe dan biochar dengan komposisi tertentu juga dapat meningkatkan hasil dan menurunkan kandungan residu insektisida endosulfan di tanah sawah.
Dia melanjutkan, ada beberapa hasil penelitian lainnya terkait bioremediasi. Antara lain bakteri pelarut fosfat (BPF) mampu menurunkan karbofuran dalam tanah sawah hingga 99,6 persen, pemanfaatan mikroba konsorsia untuk memperkaya urea berlapis arang aktif seperti Urea berlapis arang aktif.
Selanjutnya, AA-zeolite, AA kaya mikroba mampu mengikat pencemar residu pestisida (organoklorin). Pseudomonas mallei dan Trichoderma sp kombinasi dengan kompos mampu menurunkan residu insektisida, DDT, dan heptaklor.
Sedangkan urea berlapis biochar kaya mikroba dapat menurunkan klorpirifos hingga 75 persen di lahan bawang merah.
Elisabeth telah melakukan penelitian terkait remediasi tanah dengan menggunakan kombinasi bahan organik (kohe) dan biochar. Dalam penelitian tersebut ada Bacillus, sp dalam bahan organik mampu berkembang dalam biochar tersebut.
Elisabeth dan tim juga melakukan penelitian skala laboratorium terkait remediasi lahan bawang merah tercemar organofosfat maupun organoklorin. Masalah ini dapat melalui aplikasi amelioran.
Meliputi kombinasi kompos, biochar, dan mikroba untuk penyaringan air, pencucian dan pengolahan produk bawang merah.
Implementasi remediasi adalah penggunaan bahan organik (kompos kotoran ayam, kotoran sapi, kotoran kambing bagi petani di lahan sayuran.
Selain itu di pasaran sudah banyak penjualan kompos kombinasi biochar, maupun media tanam merupakan kombinasi tanah-kotoran hewan-biochar di toko pertanian. (*)