Sabtu, September 27, 2025

Penemuan Senyawa Baru Ilmuwan Indonesia Tarik Perhatian Dunia

Share

PanenTalks, Yogyakarta – Dunia ilmiah internasional kembali menyoroti Indonesia berkat temuan penting dari dua peneliti muda, Juan Leonardo dan Fahrul Nurkolis. Mereka berhasil mengidentifikasi senyawa baru bernama Juanleoxy Fahrulanoside (C12H23NO9), yang kini telah terdaftar di National Library of Medicine dan tengah menunggu proses hak paten.

Penemuan ini berawal dari kajian ilmiah terhadap produk herbal Delites, yang berbasis ramuan tradisional Tiongkok dan banyak dikonsumsi di Indonesia. Dengan pendekatan modern seperti bioinformatika, Juan dan Fahrul mengungkap bahwa senyawa tersebut memiliki potensi besar sebagai modulator GLP-1, reseptor penting dalam pengendalian diabetes.

“Mekanisme ini berperan menurunkan kadar gula darah setelah makan, meningkatkan rasa kenyang, sekaligus mendukung kesehatan metabolisme,” jelas Juan.

Dalam proses laboratorium, mereka mencatat perbaikan signifikan terhadap sejumlah penanda metabolik. Hasil penelitian pun telah dipublikasikan di Frontiers in Nutrition, jurnal ilmiah internasional bergengsi yang berada di peringkat Scopus Q1. Dukungan dari para ahli senior seperti Dr. Rony dari Universitas Sumatera Utara (USU) dan Prof. Dr. dr. Nurpudji dari Universitas Hasanuddin (UNHAS) turut memperkuat hasil penelitian tersebut.

Atas pencapaian ilmiah ini, Juan dan Fahrul diundang sebagai pembicara pada International Congress of Nutrition (ICN) 2025 yang diselenggarakan di Paris, 24–29 Agustus lalu. Kongres empat tahunan ini digelar oleh International Union of Nutritional Sciences (IUNS) dan didukung oleh UNESCO, WHO, serta Presiden Prancis Emmanuel Macron.

“Kami mengirimkan abstrak sesuai jadwal ICN pada Juli–Desember 2024, dan hasil seleksi diumumkan Mei 2025. Saat diterima, itu momen bersejarah karena hanya sedikit peneliti muda dari Indonesia yang bisa tampil di forum sebesar ini,” ujar Fahrul.

Profil Singkat Juan dan Fahrul

Juan Leonardo lahir di Jakarta tahun 1993. Ia menyelesaikan pendidikan menengah di Shanghai, kemudian menempuh studi sarjana di Boston, dan melanjutkan pendidikan medis di Beijing University of Chinese Medicine. Di samping penelitian, ia juga aktif menyebarkan edukasi melalui akun media sosial @juan.guladarah.

Sementara itu, Fahrul Nurkolis berasal dari Madiun, Jawa Timur. Ia merupakan peneliti produktif dengan lebih dari 105 publikasi internasional, pemegang paten senyawa antikanker dan antidiabetes, serta menjabat sebagai Wakil Presiden Medical Research Center of Indonesia. Saat ini, ia aktif sebagai peneliti di UIN Sunan Kalijaga dan mahasiswa pascasarjana di Universitas Airlangga.

“Kami bertemu di sebuah konferensi akhir 2022, lalu lanjut berkolaborasi karena punya visi yang sama: penelitian sains untuk penemuan obat baru,” tutur Fahrul.

Penelitian yang Dimulai Sejak 2022

Riset untuk menemukan Juanleoxy Fahrulanoside dimulai sejak tahun 2022. Mereka memadukan pengetahuan dari literatur herbal klasik dengan teknologi mutakhir seperti in silico screening, validasi metabolomik, hingga uji in vitro.

“Lebih dari satu tahun, kami berinvestasi penuh—mulai dari karakterisasi senyawa hingga uji eksperimental pada hewan percobaan,” kata Juan.

Meski demikian, proses tersebut penuh tantangan, terutama terkait fasilitas dan pendanaan penelitian di dalam negeri.

“Kesulitan terbesar adalah keterbatasan fasilitas riset di dalam negeri, mulai dari instrumen canggih hingga pendanaan berkelanjutan. Tapi dengan kolaborasi internasional dan kreativitas memaksimalkan sumber daya lokal, tantangan itu bisa dilewati,” tambahnya.

Potensi Besar, Tapi Masih Butuh Tahapan Panjang

Walau masih dalam tahap riset dasar, senyawa Juanleoxy Fahrulanoside diyakini memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi sediaan farmasi seperti kapsul, tablet, atau minuman fungsional. Namun, pengembangan lebih lanjut membutuhkan tahapan panjang mulai dari uji praklinik, klinik, hingga perizinan edar.

“Penelitian ini memberi harapan baru dalam pengendalian diabetes dengan mekanisme GLP-1 yang terbukti penting secara klinis. Jika dikembangkan lebih lanjut, ia bisa menjadi dasar terapi yang efektif, aman, dan berbasis kekayaan hayati di sekitar kita,” kata Juan.

Bagi kedua ilmuwan muda ini, keberhasilan riset bukan hanya soal inovasi, tetapi juga integritas ilmiah.

“Integritas bukan sekadar mencegah plagiarisme, tapi budaya akademik: bagaimana data dikumpulkan, dianalisis, dilaporkan, hingga keberanian menolak manipulasi. Indonesia punya banyak talenta, tapi tanpa integritas, riset sehebat apa pun kehilangan makna,” tegas Juan.

Fahrul menambahkan, “Diabetes adalah masalah global yang juga menghantam Indonesia. Kami ingin menghadirkan solusi berbasis sumber daya alam negeri sendiri, yang bisa bersaing secara ilmiah di panggung internasional,” tandasnya. (*)

Read more

Local News