Senin, Agustus 18, 2025

Pentingnya Orang Tua Mahasiswa Baru Kawal Pendidikan Anak

Share

PanenTalks, Sleman – Universitas Gadjah Mada (UGM) mendorong pentingnya membangun kolaborasi kampus dan keluarga. Ini untuk mengawal proses pendidikan mahasiswa. Hal itu disampaikan saat UGM menggelar Temu Orang Tua Mahasiswa Baru tahun 2025.

Pelaksanaan kegiatan ini secara luring di Grha Sabha Pramana dan daring melalui kanal digital, Senin, 4 Agustus 2025. Hadir di kegiatan itu ribuan orang tua mahasiswa baru dari seluruh Indonesia.

Rektor UGM Ova Emilia menyambut para orang tua dan menyampaikan pentingnya peran keluarga dalam mendukung keberhasilan akademik mahasiswa.

Energi Positif

Ia menyebut, keberadaan orang tua sebagai pendamping akan memberikan energi positif dalam proses pendidikan di kampus.

“Dukungan para orang tua mahasiswa akan menjadi energi positif bagi proses pendidikan putra-putri bapak dan ibu di masa mendatang,” kata Ova.

“Atas nama pimpinan kami mengucapkan selamat datang, dan mengucapkan selamat atas keberhasilan putra putri bapak ibu masuk menjadi mahasiswa Universitas Gadjah Mada,” ucapnya.

Ia juga mengapresiasi perjuangan orang tua yang telah mengantarkan anak-anaknya menjadi bagian dari keluarga besar UGM. Pasalnya, persaingan masuk UGM sangat ketat, dengan hanya 1 dari 20 pendaftar yang berhasil lolos.

Rektor menekankan bahwa temu orang tua ini bukan sekadar seremoni. Namun ini merupakan langkah awal untuk membangun komunikasi yang sehat dan terbuka antara kampus dan keluarga mahasiswa. Sinergi ini bisa menciptakan ekosistem pembelajaran yang kokoh dan kolaboratif.

“Kami percaya bahwa keberhasilan itu bukan hanya buah kerja tunggal dari Universitas tetapi memerlukan kerja kolaboratif dari berbagai komponen, termasuk orang tua,” kata Rektor.

“Nantinya akan membentuk suatu ekosistem pembelajaran yang saling menopang satu sama lain mewujudkan capaian prestasi akademik terbaik bagi mahasiswa,” ucapnya.

Akses Pendidikan

Dalam kesempatan itu, Ova juga menjelaskan UGM tengah memperluas akses pendidikan melalui program Pre-Universitas. Ini bagi calon mahasiswa dari wilayah tertinggal dan terluar. Jalur seleksi ini menggunakan pendekatan berbeda dari reguler agar memberikan peluang yang lebih adil.

“Karena jika menggunakan seleksi yang sama tentunya mereka tidak akan pernah bisa masuk dan belajar di UGM,” tutur dia.

Ia menegaskan UGM berkomitmen menjadi institusi pendidikan tinggi yang bermartabat dan inklusif, serta menolak segala bentuk kekerasan, perundungan, dan diskriminasi. Pendidikan kesehatan mental, ramah difabel, dan kesetaraan akses menjadi bagian dari prioritas pengembangan kampus.

Senada dengan rektor, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian kepada Masyarakat, dan Alumni, Arie Sujito turut menyampaikan pentingnya menciptakan lingkungan pendidikan yang sehat dan aman bagi mahasiswa.

“Sukses itu tidak semata-mata dinilai di dalam lingkungan kelas tapi lebih dari itu bagaimana penyelenggaran UGM juga memperhatikan aspek-aspek di luar kelas,” kata Arie.

“Visi UGM adalah menjadi pelopor perguruan tinggi nasional berkelas dunia sekaligus punya misi melaksanakan tridharma perguruan tinggi yang secara unggul dan bermanfaat bagi masyarakat,” ucapnya.

Arie menegaskan UGM berupaya keras membangun ekosistem kampus yang inklusif dan bebas diskriminasi. Program afirmasi, jalur khusus masuk seperti PBUB, beasiswa KIPK, serta fasilitas ramah difabel menjadi bagian dari implementasi nilai inklusivitas di kampus.

“Jalur khusus masuk ke UGM seperti PBUB, beasiswa KIPK dan afirmasi serta dukungan fasilitas fisik yang ramah disabilitas. UGM selalu berkomitmen untuk inklusivitas tidak hanya diwujudkan di dalam praktek kita di dalam kultur keseharian,” ujarnya.

Sebagai wujud kepedulian terhadap mahasiswa kurang mampu, dalam acara ini UGM juga menyerahkan bantuan laptop kepada lima mahasiswa baru dari berbagai jalur penerimaan dan latar belakang.

Laptop diserahkan kepada orang tua masing-masing penerima manfaat yang berasal dari berbagai fakultas dan kategori afirmasi.

Salah satu orang tua, Epi Yandri, yang mewakili penerima bantuan menyampaikan rasa syukur atas kesempatan yang diraih oleh putranya untuk belajar di UGM.

“Sebagai orang tua, kita juga patut bersyukur bisa menghantarkan anak-anak kita berhasil meraih suatu keinginan yang mulia, menjadi insan yang dapat berkontribusi bagi bangsa suatu saat kelak,” katanya.

Temu orang tua ini menjadi simbol awal kemitraan antara kampus dan keluarga dalam membangun masa depan generasi muda Indonesia yang unggul, inklusif, dan berdaya saing global. (*)

Read more

Local News