PanenTalks, Semarang – Wakil Wali Kota Semarang Iswar Aminuddin menyebut penurunan luas areal sawah di Ibu Kota Jawa Tengah ini menjadi tantangan untuk berinovasi dalam mendukung program ketahanan pangan.
“Kota Semarang memiliki luas wilayah sekitar 372 km persegi hanya sekitar 6,41 persen yang masih digunakan sebagai lahan pertanian,” kata Iswar, Jumat 12 September 2025.
Penurunan luas sawah, lanjut dia, menjadi tantangan, namun hal tersebut justru memacu pemerintah untuk berinovasi melalui urban farming dan pemanfaatan pekarangan rumah sebagai lahan pertanian alternatif.
“Dengan keterbatasan lahan, kita buktikan bahwa bukan hambatan untuk menciptakan kemandirian pangan. Program seperti Gerakan Makan Sayur dan Buah Nusantara (GEMAS) serta Gerakan Minum Susu dan Makan Telur (GERIMIS LUR) kami perkenalkan sebagai edukasi pola makan sehat sekaligus promosi hasil pertanian lokal,” katanya.
Wakil Wali Kota menekankan sektor pertanian tidak hanya soal menanam dan memanen, tetapi juga tentang ketahanan kota, kemandirian ekonomi, dan keberlanjutan lingkungan.
“Oleh karena itu, pemerintah terus berkomitmen memperkuat petani dan UMKM melalui dukungan teknologi, akses pasar, serta penguatan ekosistem pertanian,” tambahnya.
Menurut dia, kolaborasi lintas sektor antara pemerintah, akademisi, swasta, komunitas, dan generasi muda menjadi kunci sukses pembangunan pertanian yang modern dan tangguh di Semarang.
Selain itu, lanjut dia, pertanian perkotaan harus menjadi bagian edukasi, wisata sekaligus inovasi. Hal ini bisa menginspirasi generasi muda untuk mencintai dan mengembangkan dunia pertanian. (*)