PanenTalks, Semarang – Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah mencatat perekonomian Jateng tumbuh 5,28 persen di Triwulan II 2025. Capaian ini lebih tinggi dari nasional yaitu 5,12 persen dan meningkat dari triwulan II 2024 tercatat sebesar 4,93 persen.
“Peningkatan pertumbuhan ekonomi tersebut merupakan hasil dari kerja kolaboratif dari berbagai pihak,” ungkap Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi, Selasa 5 Agustus 2025.
Oleh sebab itu, pemerintahan kolaboratif terus digalakkan agar dapat mempertahankan dan menggenjot pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah.
“Kita sudah menumbuhkan ekonomi baru di masing-masing eks karesidenan. Ekonomi baru itu kita tumbuhkan secara bersama-sama, tidak bisa hanya satu wilayah,” kata dia.
Kerja kolaboratif dengan menciptakan aglomerasi wilayah tersebut terbukti pada gelaran Soloraya Great Sale 2025. Selama bulan Juli 2025, wilayah Soloraya mencatatkan nilai transaksi sebesar Rp10,7 Triliun dengan frekuensi transaksi sebanyak Rp5,4 Juta.
“Nanti akan kita putar di daerah lain,” lanjutnya.
Langkah lain untuk mempertahankan dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi adalah penguatan kerja sama sister province dan sister city dengan negara lain. Hal ini menjadi jalan untuk membuka dan menambah nilai investasi yang masuk ke Jawa Tengah.
“Sister province dan sister city di antaranya dengan China, Malaka, dan Singapura. Kita jadikan investasi di wilayah kita itu betul-betul menarik bagi negara lain,” jelas Ahmad Luthfi.
Data BPS 5 Agustus 2025 itu menyebutkan lapangan usaha di Jawa Tengah mengalami pertumbuhan signifikan. Di antaranya sektor Informasi dan Komunikasi sebesar 9,97 persen. Jasa lainnya sebesar 9,86 persen dan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum sebesar 9,42 persen.
Dari empat lapangan usaha memiliki peran dominan dan mencatatkan pertumbuhan positif. Meliputi Industri Pengolahan tumbuh sebesar 4,47 persen, Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil & Sepeda Motor tumbuh sebesar 4,56 persen. Sedangkan, Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sebesar 1,14 persen; dan Konstruksi tumbuh sebesar 8,90 persen.
Lapangan usaha lainnya tumbuh positif seperti Jasa Perusahaan sebesar 7,95 persen, Jasa Pendidikan sebesar 7,33 persen. Selain itu, Transportasi dan Pergudangan sebesar 7,29 persen.
“Banyak (sektor yang perlu ditingkatkan). Di Jawa Tengah ini sektor industrinya paling banyak padat karya, karena tenaga kerja kita kompetitif, lahan besar, dan aman,” kata dia.
Para investor, kata dia, lebih banyak tertarik Jawa Tengah karena sangat kondusif. Selain itu, wilayah ini perlu mengeksplorasi sektor lainnya.
Dalam beberapa kesempatan, Ahmad Luthfi juga mengatakan sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) juga menjadi salah satu tumpuan ekonomi Jawa Tengah.
Tercatat ada sekitar 4,2 juta UMKM di Jawa Tengah. Oleh karena itu, ia juga mendorong seluruh stakeholder terkait termasuk pemerintah kabupaten/kota untuk menaruh perhatian lebih pada sektor UMKM agar dapat baik kelas. (*)