Rabu, Juni 18, 2025

Perempuan Punya Peran Strategis dalam Perdagangan dan Ekonomi

Share

PanenTalks, Jakarta — Wakil Menteri Perdagangan Dyah Roro Esti Widya Putri menegaskan pentingnya peran perempuan dalam sektor perdagangan dan perekonomian nasional. Menurutnya, kontribusi perempuan selama ini sangat signifikan, namun belum dioptimalkan secara menyeluruh karena masih menghadapi berbagai tantangan struktural dan budaya kerja yang belum ramah terhadap kepemimpinan perempuan.

Hal tersebut disampaikannya dalam gelaran Women Empowerment Conference (WEC) 2025 di The Westin, Jakarta, Senin (14/4). Konferensi yang mengusung tema “Unlock Our Potential, Shaping Our Future of Indonesia” ini menjadi ajang diskusi berbagai pihak terkait pemberdayaan perempuan di berbagai sektor strategis.

“Perempuan menyumbang hampir 50 persen populasi Indonesia, namun partisipasi mereka di dunia kerja masih tertinggal dibandingkan laki-laki,” ujar Roro. Ia merujuk pada data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2023. “Padahal potensi perempuan dalam perdagangan dan ekonomi sangat besar, dan ini harus dimaksimalkan.”

Roro mengungkapkan bahwa hanya sekitar 22 persen bisnis formal di Indonesia dimiliki perempuan. Meski begitu, di sektor digital seperti platform marketplace Lazada, satu dari tiga pelaku usaha adalah perempuan. Ini menunjukkan peluang besar di sektor digital yang masih bisa digarap lebih luas.

Lebih lanjut, ia mengutip proyeksi McKinsey Global Institute yang menyebutkan bahwa PDB global berpotensi meningkat hingga USD 28 triliun pada 2025 jika kesenjangan gender dalam ekonomi dihapus.

Kesenjangan kepemimpinan juga menjadi sorotan. Berdasarkan data Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination, keterwakilan perempuan pada jabatan pimpinan tinggi (eselon II) di Indonesia masih di bawah 20 persen. Padahal Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 telah menetapkan target minimal 30 persen keterwakilan perempuan.

“Stigma gender masih kuat. Perempuan seringkali dianggap kurang tegas atau terlalu emosional. Perempuan muda bahkan kerap dinilai tidak berpengalaman,” ujarnya. “Padahal kepemimpinan perempuan cenderung inklusif, partisipatif, dan punya integritas tinggi.”

Ia juga menekankan pentingnya peran media dalam mengubah narasi tentang perempuan. “Media sosial bisa menjadi sarana aktualisasi diri, sementara media konvensional bisa dimanfaatkan untuk menyosialisasikan kerja-kerja publik,” tambahnya.

Dalam konteks ekspor dan perdagangan, perempuan dianggap memiliki posisi strategis, terutama dalam sektor UMKM dan ekonomi digital. “Dengan mengoptimalkan peran perempuan, kita memperluas basis pelaku ekonomi aktif, memperkuat daya saing, dan membangun ekonomi yang lebih inklusif,” jelas Roro.

Namun ia mengakui masih ada tantangan besar seperti keterbatasan akses pasar, literasi digital, dan pembiayaan. Berbagai program pelatihan dan inkubasi bisnis kini tengah digencarkan untuk membuka akses perempuan menuju pasar global.

Kementerian Perdagangan sendiri terus mendorong pemberdayaan perempuan lewat empat strategi utama:

1. Reformasi kebijakan perdagangan melalui konsultasi dengan asosiasi bisnis perempuan dan penilaian dampak gender dalam perjanjian perdagangan.

2. Pelatihan dan inkubasi UMKM perempuan, terutama yang siap ekspor dan berbasis digital.

3. Penguatan kepemimpinan lewat kampanye publik, mentorship, dan manajemen talenta yang ramah perempuan.

4. Perluasan akses keuangan dengan pinjaman mikro tanpa jaminan dan skema pembiayaan ekspor yang inklusif.

Di internal Kementerian Perdagangan sendiri, jumlah pejabat perempuan di eselon I dan II masih kalah dibanding laki-laki. Saat ini, hanya 3 perempuan menduduki jabatan eselon I dan 14 di eselon II, dibandingkan 9 dan 41 laki-laki di masing-masing jenjang.

“Kementerian Perdagangan optimistis perempuan akan menjadi pilar penting dalam perdagangan Indonesia ke depan,” pungkas Roro.

WEC 2025 digelar atas kolaborasi Mustika Ratu, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA), serta Kementerian Ekonomi Kreatif. Forum ini menjadi ruang strategis mempertemukan pemerintah, pelaku usaha, akademisi, organisasi masyarakat sipil, hingga komunitas perempuan akar rumput.

Diharapkan, WEC menjadi wadah untuk berbagi pengalaman, memperkuat jejaring, dan merumuskan aksi nyata pemberdayaan perempuan yang berkelanjutan.

Read more

Local News