Kamis, Oktober 2, 2025

Perguruan Tinggi Dituntut Jadi ‘Problem Solver’, Bukan Bagian dari Masalah

Share

PanenTalks, Kupang – Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamen Diktisaintek) RI, Prof. Dr. Fauzan, menegaskan, perguruan tinggi memiliki mandat ganda: tidak hanya mencetak Sumber Daya Manusia (SDM) unggul, tetapi juga berperan aktif sebagai “problem solver” dalam menghadapi masalah sosial-ekonomi di masyarakat.

Penekanan ini menjadi inti dari konsep Perguruan Tinggi Berdampak.Pernyataan tersebut disampaikan Wamen Fauzan saat membuka Rapat Kerja Konsolidasi Pimpinan Perguruan Tinggi di Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah XV di Kupang, 30 September 2025

Rapat kerja ini mengusung tema “Sinergi Membangun SDM Unggul yang Bersatu, Berdaulat Menuju Indonesia Emas 2045.”Momentum Konsolidasi untuk NTT Emas 2045.

Wamen Diktisaintek Fauzan menilai rapat kerja ini sebagai momentum krusial bagi Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk merancang langkah konkret dalam pembangunan SDM, memperkuat kolaborasi lintas sektor, dan mempersiapkan wilayah tersebut menuju visi Indonesia Emas 2045.

“Tagline Perguruan Tinggi Berdampak bukan hal baru, melainkan misi yang harus dijalankan konsisten. Kebermanfaatan Perguruan Tinggi terletak pada kontribusinya sebagai problem solver, bukan bagian dari masalah di daerah,” tegas Fauzan melansir ntt.go.id

Ia juga menekankan pentingnya nilai gotong royong Pancasila untuk dilekatkan pada jati diri institusional perguruan tinggi.Wamen Fauzan secara khusus berharap para pimpinan Perguruan Tinggi di NTT dapat mencurahkan gagasan, tenaga, dan komitmen dalam memajukan NTT agar menjadi wilayah yang maju dalam 5 hingga 10 tahun ke depan.

Apresiasi pun diberikan kepada LLDikti Wilayah XV yang telah merancang forum inklusif ini.Gubernur NTT Soroti Stunting dan Kemiskinan.

Dalam kesempatan yang sama, Gubernur NTT, Melki Laka Lena, menyoroti investasi paling fundamental untuk pembangunan jangka panjang adalah pembangunan SDM unggul.

Dia menyatakan, upaya memutus rantai kemiskinan antar generasi dan mewujudkan Generasi Emas Flobamorata hanya bisa dicapai melalui strategi yang terintegrasi dan kolaboratif.

Gubernur Laka Lena tidak menampik tantangan serius yang masih dihadapi NTT, seperti tingginya angka stunting, kemiskinan, serta rendahnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

Namun, ia optimis peluang besar terbuka jika pembangunan SDM dijadikan prioritas. “Semakin tinggi angka partisipasi kasar (APK) pendidikan tinggi di NTT, semakin banyak mahasiswa yang dapat digerakkan sebagai agen perubahan di desa-desa,” ujarnya.

Gubernur pun mendesak agar integrasi data, riset, dan sinergi lintas sektor dapat membentuk social movement yang tepat sasaran dalam memerangi stunting dan kemiskinan ekstrem.

Penandatanganan MoA dan Apresiasi Acara tersebut diakhiri dengan agenda penting berupa Penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara Kementerian Pendidikan, Sains dan Teknologi RI yang diwakili Wamen Prof. Dr. Fauzan dan Pemerintah Provinsi NTT yang diwakili Gubernur Melki Laka Lena, disaksika Kepala LLDikti Wilayah XV, Prof. Dr. Adrianus Amheka.

Kegiatan yang berlangsung dua hari, 30 September hingga 1 Oktober 2025, ini juga diisi dengan penyerahan penghargaan kepada pemerintah daerah serta Bank BRI atas kontribusi nyata dalam program Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan pemberdayaan masyarakat.

Hadir dalam kegiatan tersebut sejumlah pejabat tinggi kementerian, unsur Forkopimda Provinsi NTT, hingga pimpinan perangkat daerah dan tokoh agama. (*)

Read more

Local News