PanenTalks, Yogyakarta – Karya sastra menjadi pilar menyuburkan jiwa masyarakat namun nasib penulis sungguh menyedihkan.
Mereka tak bisa menggantungkan hidup dari menulis, sehingga harus melakoni profesi lain untuk bertahan.
Guru Besar Bidang Ilmu Sosiologi Sastra dari Fakultas Ilmu Budaya UGM, Prof. Dr. Aprinus Salam, S.S., mengatakan, sastrawan era sekarang tidak bisa sekadar bergantung pada honor menulis untuk bertahan hidup.
Menurutnya, sangat jarang seorang seniman atau sastrawan bisa hidup dari karya bisa menghasilkan uang cukup untuk kebutuhan.
“Tapi, memang tidak semua. Ada juga beberapa sastrawan yang sukses dari berkarya,” kata dia, di kampus UGM, Senin 2 Juni 2025.
Dia menyebut, penulis sastra mampu menembus syarat-syarat komersial sehingga karya sastra bisa menghasilkan uang cukup.
Dia menilai, syarat-syarat komersial ini berbeda-beda untuk setiap hasil karya sastra. Mengingat banyak karya sastra bisa komersil dengan baik bisa menyesuaikan selera pasar.
“Kadang kita tidak tahu karya seperti apa nanti atau beberapa tahun ke depan yang laku di pasaran seperti apa,” paparnya.
Aprinus menyebut, beberapa tantangan terbesar sastrawan menjadikan sastra sebagai mata pencaharian utama. Pasalnya, rendahnya penghargaan baik dari pemerintah maupun masyarakat terhadap karya sastra.
Lalu, asumsi dan pengetahuan umum tentang sastra seolah-olah karya fiksional dan imajinatif sebagai hal tersebut tidak cukup penting.
Terakhir, sastrawan harus menulis karya bagus sehingga bisa “mengganggu” atau “mengintervensi” pengetahuan umum tentang sastra.
“Dulu, negara menganggap penting karya sastra itu, yakni dengan adanya beberapa pelarangan karya sastra,” ujarnya.
Aprinus menyampaikan, pemerintah bisa mendukung keberlangsungan hidup sastrawan dengan solusi konkret. Melalui, pemberian hibah, pemerintah membeli karya sastra bagus dengan harga pantas, menaikkan royalti.
Terakhir, terdapat donatur-donatur yang bersedia memberi hibah terhadap penulis sastra mumpuni agar orang tersebut bisa fokus dalam menulis karya sastra.
Aprinus berharap pemerintah dalam 5-10 tahun ke depan bisa mendorong masa depan sastra Indonesia makin maju dan berkembang. Alhasil, kesejahteraan para pelaku sastranya makin meningkat.
“Keunggulan suatu bangsa dapat dilihat apa sastranya juga unggul. Karya unggul tentu perlu dukungan semua pihak,” pungkasnya. (*)
Editor : Hendrati Hapsari