PanenTalks, Jakarta-Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berencana memperpanjang jam operasional perpustakaan dan museum hingga malam hari. Gubernur Jakarta, Pramono Anung, menegaskan kebijakan ini merupakan bagian dari program 100 hari kerjanya dalam meningkatkan akses pendidikan di Ibu Kota.
“Perpustakaan akan kami buka sampai malam, mungkin jam 10 atau jam 11. Kita akan segera lakukan karena ini merupakan bagian untuk memberikan pendidikan dan juga kesempatan kepada anak-anak yang membutuhkan,” ujar Pramono, belum lama ini.
Langkah ini mendapat dukungan dari berbagai pihak, termasuk Staf Khusus Gubernur DKI Jakarta, Chico Hakim. Ia menyebut, kebijakan ini didasarkan pada kebutuhan masyarakat urban yang banyak memiliki waktu luang di malam hari.
“Sudut pandang harus dari kebutuhan. Perpusnas misalnya, hanya buka sampai sore. Ini dikeluhkan oleh pekerja, dosen, dan mahasiswa yang baru bisa riset atau membaca di malam hari,” kata Chico kepada wartawan, Minggu (4/5/2025).
Chico menyampaikan bahwa membuka perpustakaan dan museum hingga malam adalah wujud pelayanan publik yang harus dijalankan Pemprov. Saat ini, terdapat dua perpustakaan umum daerah yang dikelola langsung oleh Pemprov DKI Jakarta.
Terkait pembiayaan, Chico mengungkapkan bahwa opsi pendanaan tidak hanya bergantung pada APBD. “Bicara soal bagaimana menganggarkan, bisa dari APBD, itu opsi pertama. Tapi kita juga bisa gunakan Koefisiensi Luas Bangunan (KLB) dan dana CSR,” jelasnya.
Ia menambahkan bahwa dalam dua bulan masa jabatan Pramono, Pemprov telah mengumpulkan Rp600 miliar dari denda KLB. “Jadi, Jakarta punya keleluasaan fiskal. Karena selain APBD yang cukup, kita juga punya pemasukan non-APBD dari KLB,” ungkapnya.
Sementara itu, Ketua Fraksi Gerindra DPRD DKI Jakarta, Rani Mauliani, turut menyambut positif kebijakan tersebut. Namun ia menekankan bahwa jam operasional bukan satu-satunya faktor yang membuat museum dan perpustakaan sepi pengunjung.
“Menurut saya, museum dan perpustakaan jarang diminati bukan hanya karena jam operasional, tetapi karena suasana dan pelayanannya yang cenderung membosankan,” ujar Rani.
Ia mengajak semua pihak untuk mengevaluasi konsep dan atmosfer museum serta perpustakaan agar lebih menarik, terutama bagi anak-anak. “Kita harus cari tahu kenapa museum-museum kita suasananya klenik, berbeda dengan museum luar negeri yang ramai dikunjungi,” tambahnya.
Meski begitu, Rani yakin Pramono akan mempertimbangkan secara matang segala aspek dari kebijakan tersebut. “Program Pemprov tidak bisa jalan sendiri tanpa pengawasan dan persetujuan dari DPRD. Jadi silakan saja wacana ini berjalan, apakah bisa direalisasikan atau tidak nanti akan dibahas bersama,” tandasnya.