Kamis, Oktober 2, 2025

Pesan Reflektif Muhammadiyah pada HUT ke-80 RI

Share

PanenTalks, Yogyakarta – Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, menyampaikan pesan reflektif sekaligus kritis kepada para elite bangsa dalam rangka memperingati 80 tahun HUT RI.

Haedar Nashir menekankan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia bukan sekadar seremoni tahunan. Peringatan itu merupakan amanat sejarah yang harus mendapat pengawalan dan penjagaan agar terwujud dalam kebijakan nyata.

Dalam pernyataannya, Haedar mengawali refleksi dengan menyampaikan rasa syukur atas berbagai capaian pembangunan bangsa selama delapan dekade merdeka.

“Alhamdulillah dalam perjalanan 80 tahun Indonesia Merdeka, ada banyak kemajuan di berbagai bidang kehidupan. Pendidikan, kesehatan, sosial, politik, ekonomi, kehidupan beragama. Begitu pula imensi kehidupan lainnya memberi banyak harapan bagi masa depan Indonesia,” ujar Haedar.

Muhammadiyah Apresiasi Presiden Prabowo

Haedar juga mengapresiasi kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto yang memiliki keberpihakan kuat pada rakyat. Presiden juga memiliki semangat melakukan perubahan struktural dalam pemerintahan.

“Patut mendapat apresiasi dari political will Presiden Prabowo yang fokus pada pengembangan sumberdaya manusia yang berkualitas. Presiden juga mendorong para pengusaha besar agar peduli bangsa dan sepenuhnya memihak rakyat kecil,” katanya lebih lanjut.

“Tak hanya itu, Presiden juga menegakkan kedaulatan bangsa dan terobosan kebijakan lainnya berbasis Asta Cita,” kata Haedar.

Meski demikian, Haedar tidak menutup mata terhadap realitas problematik yang masih membayangi kehidupan berbangsa dan bernegara. Ia menyebut korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, hingga dominasi oligarki politik dan ekonomi merupakan ironi dalam peringatan kemerdekaan.

“Ketika terjadi berbagai penyalahgunaan dalam praktik berbangsa bernegara, justru 80 tahun Indonesia merdeka jelas paradoks luar biasa,” ucapnya.

“Korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, oligarki politik dan ekonomi, pengurasan sumberdaya alam, pemberian konsesi kepada pihak asing yang merugikan kepentingan negara sendiri,” ujarnya.

Lebih lanjut, pimpinan Muhammadiyah ini, mengatakan, “Padahal di masa lalu betapa pedihnya perjuangan rakyat dan para pejuang negeri tercinta demi Indonesia merdeka.”

“Ratusan tahun tanah Nusantara dalam penjajahan Portugis, Belanda yang paling lama, Inggris, dan Jepang. Sungguh, sangat menderita rakyat Indonesia,” ujarnya menambahkan.

Titik Balik Kembali ke Cita-cita Luhur

Bagi Haedar, momentum 80 tahun kemerdekaan seharusnya menjadi titik balik untuk kembali pada cita-cita luhur para pendiri bangsa. Ia mengajak para elite, khususnya pemegang kekuasaan, agar tidak menjadikan mandat rakyat sebagai alat kekuasaan. Saat memegang kekuasaan seharusnya menjadi sarana pengabdian kepada negara dan rakyat.

“Bagi seluruh elite yang memiliki akses kekuasaan politik, tunaikan mandat konstitusi dengan penuh bakti demi ibu pertiwi. Jauhi sikap angkuh dengan kekuasaan politik di tangan. Mandat rakyat itu hanyalah titipan, bukan kekuasaan untuk dimiliki,” tuturnya.

Haedar juga mengajak seluruh elemen masyarakat menjadikan peringatan HUT RI ini sebagai gerakan bersama untuk mewujudkan cita-cita Indonesia yang utuh dan maju.

“Mari wujudkan Indonesia yang ‘Bersatu berdaulat, rakyat sejahtera, dan Indonesia maju’ sebagaimana tema hari ulang tahun kemerdekaan ke-80 tahun ini,” kata Haedar. (*)

Read more

Local News