PanenTalks, Denpasar– PICA Fest 2025 mengusung semangat kolaborasi lintas sektor, pelestarian budaya lokal, serta penguatan ekonomi kreatif berbasis kearifan lokal Bali.
Gubernur Bali, Wayan Koster, secara resmi membuka PICA Fest 2025, festival kreatif tahunan yang kini memasuki edisi kesembilan, di Lapangan Niti Mandala Renon, Denpasar, Kamis (24/7) sore.
Dalam sambutannya, Gubernur Koster menyampaikan apresiasi tinggi kepada penyelenggara PICA Fest yang didominasi generasi muda. Ia menekankan pentingnya memberikan ruang bagi anak muda untuk berkreasi dan berinovasi dengan tetap menjaga jati diri budaya Bali.
“Saya ucapkan terima kasih kepada penyelenggara, yang hampir semuanya anak muda. Semangat ini saya dukung penuh karena mereka mampu berkreasi dengan produk-produk berbasis kearifan lokal Bali secara apik dan inovatif, mengikuti perkembangan zaman namun tetap menjaga akar budaya,” ujar Koster.
Dukungan terhadap PICA Fest juga datang dari Bank Pembangunan Daerah (BPD) Bali sebagai sponsor utama. Gubernur Koster menegaskan pentingnya mendukung BPD Bali sebagai lembaga keuangan daerah yang berperan strategis dalam pembangunan ekonomi kerakyatan di Bali.
Ia menilai PICA Fest 2025 merupakan contoh konkret pemberdayaan budaya Bali dalam mendukung transformasi ekonomi yang berdaya saing, bernilai tambah, dan berbasis budaya lokal.
“Orang Bali pada dasarnya adalah undagi — ahli, pencipta, seniman — yang mampu berinovasi. Otak harus bekerja lebih keras untuk menghasilkan produk yang bernilai tambah dan bermanfaat bagi masyarakat serta daerah,” imbuhnya.
Sebagai bentuk komitmennya terhadap kemajuan anak muda dan ekonomi kreatif, Gubernur Koster memberikan izin penggunaan Lapangan Niti Mandala secara gratis untuk festival ini.
“Lapangan ini saya berikan gratis, karena acara ini memberikan manfaat nyata bagi masyarakat. Sekarang kita hidupkan kembali, setelah tahun lalu vakum karena saya tidak menjabat sebagai Gubernur. PICA Fest harus diberdayakan dan mampu memberikan manfaat ekonomi tinggi,” tegasnya.
Ia mengajak seluruh masyarakat Bali, khususnya dari wilayah Denpasar, Badung, Gianyar, Klungkung, dan Tabanan, untuk hadir dan meramaikan PICA Fest. “Targetnya 80 ribu penonton selama empat hari, sehari 20 ribu. Astungkara bisa berjalan sukses. Mari kita dukung bersama,” ajaknya.
Direktur Utama PT Pica Berempat Belas, Ida Bagus Agung Brahmadiguna (Gus Tolet), menegaskan bahwa PICA Fest tidak hanya fokus pada hiburan dan ekonomi, tetapi juga memiliki kepedulian besar terhadap lingkungan.
Dibentuklah PICA Waste Department yang bekerja sama dengan berbagai organisasi lingkungan seperti Bersih-Bersih Bali, PPLH Bali, Tegeh Sari, ACS Ball, Pesona Plastik, dan Daur Ulang.
Sampah dari festival dipilah secara ketat menjadi tiga kategori: organik, anorganik, dan residu, sebagai bagian dari upaya menjadikan PICA Fest sebagai festival berbasis keberlanjutan dan minim limbah di Bali.
Gubernur Wayan Koster menutup sambutannya dengan harapan besar bahwa PICA Fest akan terus berkembang dan menjadi ikon festival budaya modern Bali di masa depan. (*)