PanenTalks, Yogyakarta – PLN Energi Primer Indonesia (EPI) menggandeng Kementerian Pertanian Republik Indonesia pelaksanaan Program Sistem Pertanian Terpadu Tanaman Energi (SPT2E).
Direktur Utama PLN EPI, Iwan Agung Firstantara menjelaskan, proyek ini juga menyasar aspek keberlanjutan dan pemulihan lingkungan.
“Kami tidak hanya bicara soal suplai energi primer, tetapi juga komitmen jangka panjang terhadap keberlanjutan,” kata dia.
Program ini adalah langkah konkret PLN EPI dalam menjamin pasokan biomassa secara berkelanjutan untuk cofiring PLTU. Selain itu, mendorong revitalisasi lahan kritis dengan pendekatan pertanian terpadu.
Mereka menyediakan 160 ribu bibit tanaman multifungsi di lahan-lahan kering dan kritis di Pulau Jawa.
PLN EPI dan Kementan akan mengembangkan tanaman energi di 50 titik lahan seluas total 500 hektar. Seperti gamal, kaliandra, indigofera, dan akasia. Penanaman metode monokultur maupun tumpang sari, memanfaatkan lahan marginal sebelumnya kurang produktif.
Inisiatif ini untuk memenuhi kebutuhan biomassa sebesar 3 juta ton hingga akhir 2025. Sebagai bahan substitusi batu bara dalam program cofiring Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) milik PLN Grup.
Pemilihan jenis tanaman memiliki nilai kalor memadai dan ketahanan tumbuh di lahan marginal. Hal ini menjadikan ideal sebagai bahan baku biomassa. Wilayah penanaman mencakup sejumlah desa di Tegal, Brebes, Cilacap, Rembang, Gunung Kidul dan Blora.
Iwan menekankan pentingnya dukungan lintas sektor, terutama dari Kementerian Pertanian menjadi mitra strategis dalam realisasi program ini di lapangan.
“Kami ingin menciptakan nilai ganda, baik untuk ketahanan energi nasional maupun pemberdayaan ekonomi lokal,” tutupnya.
Kehadiran Program SPT2E, PLN EPI berharap tercipta ekosistem biomassa kuat dan berkelanjutan. Selain itu, memberikan kontribusi nyata terhadap transisi energi hijau dan peningkatan kesejahteraan masyarakat di wilayah-wilayah terdampak. (*)
Editor : Hendrati Hapsari